Dari Muadz bin Jabal r.a., dari Rasulullah
Saw. bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُوْمُ فِي الدُّنْيَا
مَقَامَ سُـمْعَةٍ وَرِيَاءٍ إِلَّا سَـمَّعَ
اللهُ بِهِ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Tidak
ada seorang hamba yang berdiri di dunia di atas pijakan sum’ah dan riya’ kecuali Allah akan
mempermalukannya dengan memperlihatkan niat busuknya pada hari Kiamat di
hadapan makhluk-makhluk-Nya.”[1]
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
يَكْشِفُ رَبُّنَا عَنْ سَاقِهِ فَيَسْجُدُ لَهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ وَمُؤْمِنَةٍ فَيَبْقَى
كُلُّ مَنْ كَانَ يَسْجُدُ فِي الدُّنْيَا رِيَاءً وَسُـمْعَةً
فَيَذْهَبُ لِيَسْجُدَ فَيَعُودُ ظَهْرُهُ طَبَقًا وَاحِدًا
Dari Abu Sa'id radliallahu 'anhu ia berkata; Aku
mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Rabb kita
menampakkan betisnya, maka sujudlah setiap orang mukmin dan mukminah, sehingga
yang tersisa hanyalah orang-orang yang ketika di dunia ia sujud karena riya` dan sum'ah.
Mereka mencoba untuk sujud, namun punggung mereka kembali tegak." (H.R.
Bukhari 4538)
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ الْغَزْوُ غَزْوَانِ
فَأَمَّا مَنْ ابْتَغَى وَجْهَ اللَّهِ وَأَطَاعَ الْإِمَامَ وَأَنْفَقَ الْكَرِيـمَةَ
وَيَاسَرَ الشَّرِيكَ وَاجْتَنَبَ الْفَسَادَ فَإِنَّ نَوْمَهُ وَنُبْـهَهُ أَجْرٌ
كُلُّهُ وَأَمَّا مَنْ غَزَا فَخْرًا وَرِيَاءً وَسُـمْعَةً
وَعَصَى الْإِمَامَ وَأَفْسَدَ فِي الْأَرْضِ فَإِنَّهُ لَمْ يَرْجِعْ بِالْكَفَافِ
Dari Mu'adz bin Jabal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bahwa beliau bersabda: "Berperang ada dua, adapun orang yang
mengharapkan wajah Allah, mentaati pemimpin, menginfakkan barang berharga, dan
bergaul dengan sekutunya dengan mudah, serta menjauhi kerusakan maka tidurnya
dan terjaganya adalah pahala semua. Adapun orang yang berperang karena
berbangga diri, riya’ (ingin dilihat) dan sum’ah (didengar orang), durhaka kepada pemimpin serta
membuat kerusakan, maka ia tidak kembali dengan membawa manfaat." (H.R.
Abu Daud 2154)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عُثْمَانَ الثَّقَفِيِّ عَنْ رَجُلٍ أَعْوَرَ مِنْ ثَقِيفٍ كَانَ يُقَالُ لَهُ مَعْرُوفًا
أَيْ يُثْنَى عَلَيْهِ خَيْرًا إِنْ لَمْ يَكُنْ اسْـمُهُ زُهَيْرُ بْنُ عُثْمَانَ
فَلَا أَدْرِي مَا اسْـمُهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
الْوَلِيـمَةُ أَوَّلَ يَوْمٍ حَقٌّ وَالثَّانِيَ مَعْرُوفٌ وَالْيَوْمَ الثَّالِثَ
سُـمْعَةٌ وَرِيَاءٌ
قَالَ قَتَادَةُ وَحَدَّثَنِي
رَجُلٌ أَنَّ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيِّبِ دُعِـيَ أَوَّلَ يَوْمٍ فَأَجَابَ وَدُعِـيَ
الْيَوْمَ الثَّانِيَ فَأَجَابَ وَدُعِـيَ الْيَوْمَ الثَّالِثَ فَلَمْ يُـجِبْ وَقَالَ
أَهْلُ سُـمْعَةٍ وَرِيَاءٍ
Dari Abdullah bin Utsman Ats Tsaqafi dari - seorang
laki-laki juling yang berasal dari Tsaqif yang dipanggil Ma'ruf, yaitu sebagai
pujian yang baik kepadanya. Apabila namanya bukan - Zuhair bin Utsman maka aku
tidak mengetahui siapa namanya. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Pesta pada hari pertama adalah sesuatu yang haq, pada hari kedua adalah
sesuatu yang baik, dan pada hari yang ketiga adalah suatu perbuatan sum'ah (ingin didengar) dan riya`
(ingin dilihat)." Qatadah berkata, "Telah menceritakan kepada kami
seorang laki-laki bahwa Sa'id bin Al Musayyab pernah diundang pada hari
pertama, kemudian ia memenuhi undangan tersebut, dan ia diundang pada hari
kedua, kemudian ia memenuhi undangan tersebut, dan diundang pada hari ketiga,
kemudian ia tidak memenuhi undangan tersebut seraya berkata, "Ini adalah
orang yang sum'ah dan riya`."
(H.R. Abu Daud 3254)
عَنْ الْمُسْتَوْرِدِ أَنَّهُ
حَدَّثَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَكَلَ بِرَجُلٍ
مُسْلِمٍ أَكْلَةً فَإِنَّ اللَّهَ يُطْعِمُهُ مِثْلَهَا مِنْ جَـهَنَّمَ وَمَنْ كُسِيَ
ثَوْبًا بِرَجُلٍ مُسْلِمٍ فَإِنَّ اللَّهَ يَكْسُوهُ مِثْلَهُ مِنْ جَـهَنَّمَ وَمَنْ
قَامَ بِرَجُلٍ مَقَامَ سُـمْعَةٍ وَرِيَاءٍ فَإِنَّ
اللَّهَ يَقُومُ بِهِ مَقَامَ سُـمْعَةٍ وَرِيَاءٍ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
Dari Al Mustaurid bahwasanya ia menceritakan kepadanya
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa makan
makanannya seorang muslim, meskipun satu porsi (yakni membicarakan harga diri
sahabatnya yang muslim di depan musuhnya karena berharap makanan darinya), maka
Allah akan memberinya makan sekadar itu pula di neraka Jahannam. Barangsiapa
memakai pakaian seorang Muslim (membicarakan harga diri sahabatnya agar
mendapat hadiah pakaian dari musuhnya), maka Allah akan memakaikannya pakaian
seperti itu pula di neraka Jahannam. Dan barangsiapa memposisikan diri pada
posisi orang lain karena sum’ah dan riya’, maka pada hari kiamat Allah akan menempatkannya
pada posisi orang yang sum’ah dan riya’." (H.R. Abu Daud 4237)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ
إِلَى الصَّلَاةِ فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِـحَقِّ السَّائِلِينَ عَلَيْكَ
وَأَسْأَلُكَ بِـحَقِّ مَمْشَايَ هَذَا فَإِنِّي لَمْ أَخْرُجْ أَشَرًا وَلَا بَطَرًا
وَلَا رِيَاءً وَلَا سُـمْعَةً وَخَرَجْتُ اتِّقَاءَ
سُـخْطِكَ وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِكَ فَأَسْأَلُكَ أَنْ تُعِيذَنِي مِنْ النَّارِ وَأَنْ
تَغْفِرَ لِي ذُنُوبِي إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ أَقْبَلَ اللَّهُ
عَلَيْهِ بِوَجْـهِهِ وَاسْتَغْفَرَ لَهُ سَبْعُونَ أَلْفِ مَلَكٍ
Dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa berjalan menuju masjid
lalu mengucapkan; ALAHUMMA INNI AS`ALUKA BI HAQQIS SA`ILIIN 'ALAIKA WA AS`ALUKA
BI HAQQI MAMSYAAYA HADZA FA INNI LAM AKHRUJ ASYARAN WA LAA BATHARAN WA LAA RIYA`AN WA LAA SUM'ATAN WA KHARAJTU ITTIQA`A
SUKHTHIKA WABTIGHA`A MARDLATIKA FA AS`ALUKA AN TU'IDZANI MINANNAR WA AN
TAGHFIRALI DZUNUBI INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUBA ILLA ANTA (Ya Allah, aku
meminta kepada-Mu dengan hak peminta kepada-Mu, dan aku juga meminta dengan hak
jalanku ini. Sesungguhnya aku keluar bukan untuk keburukan, bukan untuk
kesombongan, bukan untuk riya dan bukan untuk dipuji.
Aku keluar agar terhindar dari murka-Mu dan mengharap ridla-Mu. Maka, aku
meminta agar Engkau melindungiku dari siksa neraka dan mengampuni dosaku, sebab
tidak ada yang mengampuni dosa selain-Mu), maka Allah akan menerimanya dengan
wajah-Nya, dan tujuh puluh ribu malaikat juga akan memintakan ampunan baginya."
(H.R. Ibnu Majah 770)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
قَالَ حَجَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رَحْلٍ رَثٍّ وَقَطِيفَةٍ
تُسَاوِي أَرْبَعَةَ دَرَاهِـمَ أَوْ لَا تُسَاوِي ثُـمَّ قَالَ اللَّهُمَّ حَجَّةٌ
لَا رِيَاءَ فِيـهَا وَلَا سُـمْعَةَ
Dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu, ia berkata;
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menunaikan haji dengan mengendarai unta
dan mengenakan beludru seharga empat dirham atau dibawah nilai tersebut, lalu
beliau bersabda: 'Ya Allah, haji tanpa riya’ dan
sum’ah.'" (H.R. Ibnu Majah 2881)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَوْنٍ الْكِنَانِيِّ وَكَانَ عَامِلًا لِعُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَلَى الرَّمْلَةِ
أَنَّهُ شَهِدَ عَبْدَ الْمَلِكِ بْنَ مَرْوَانَ قَالَ لِبَشِيرِ بْنِ عَقْرَبَةَ الْجُهَنِيِّ
يَوْمَ قُتِلَ عَمْرُو بْنُ سَعِيدِ بْنِ الْعَاصِ يَا أَبَا الْيَمَانِ إِنِّي قَدْ
احْتَجْتُ الْيَوْمَ إِلَى كَلَامِكَ فَقُمْ فَتَكَلَّمْ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ قَامَ يَـخْطُبُ لَا يَلْتَمِسُ
بِـهَا إِلَّا رِيَاءً وَسُـمْعَةً أَوْقَفَهُ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَوْقِفَ رِيَاءٍ وَسُـمْعَةٍ
Dari Abdullah bin 'Aun Al Kinany yang dia adalah gubernur
untuk 'Umar Bin Abdul Aziz di Ramlah, bahwa dia menyaksikan Abdul Malik bin
Marwan berkata kepada Basyir bin 'Aqrabah pada hari terbunuhnya Sa'id bin Al
'Ash 'Wahai Abu Al Yaman, pada hari aku membutuhkan perkataanmu, bangunlah dan
bicaralah.' Lalu dia berkata; Aku mendengar Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda "Barangsiapa yang berkhotbah dengan
tujuan untuk riya’ dan sum'ah niscaya Allah ‘Azza
wa Jalla di hari kiamat akan menempatkan dia di tempat orang-orang yang riya’ dan sum'ah. (H.R. Ahmad 15493)
Dari Abu Hindun ad-Dari r.a., bahwa dia
mendengar Rasulullah Saw. bersabda,
مَنْ قَامَ مَقَامَ رِيَاءٍ
وَسُـمْعَةٍ، رَاءَى اللهُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَسَـمَّعَ.
“Barangsiapa
yang berbuat karena riya’ (ingin dilihat) dan sum’ah (ingin didengar), Allah akan memperlihatkan dan memperdengarkan
(niat) orang itu pada hari Kiamat.”[2]
Diriwayatkan dari Aisyah r.a.,
dari Nabi Saw. bersabda:
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لَا
يُـرِيْدُ بِهِ رِيَاءً وَلَا سَـمْعَةً، بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي
الْجَنَّةِ.
“Barangsiapa
membangun suatu masjid bukan karena riya’ dan sum’ah, maka Allah membangun
untuknya sebuah rumah di surga.”[3]
Dari Ibnu
Abbas berkata,
مَنْ
رَاءَى بِشَيْءٍ فِـي الدُّنْيَا مِنْ عَـمَلِهِ،
وَكَلَهُ اللهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَقَالَ: أُنْظُرْ هَلْ يُغْنِيْ
عَنْكَ شَيْئَا؟!
"Barangsiapa yang riya’ (memamerkan) suatu amalnya ketika di dunia, Allah akan
mewakilkannya kepada orang yang melihatnya itu pada Hari Kiamat dan
berfirman, 'Lihatlah apakah orang itu dapat memberikanmu sesuatu?'" [4]
Dari Ibnu Umar r.a.,
yang telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda,
أَنَّهُ
سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو يُحَدِّثُ ابْنَ عُمَرَ أَنَّهُ سَمِعَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَـمَّعَ النَّاسَ بِعَمَلِهِ سَـمَّعَ اللَّهُ بِهِ
سَامِعَ خَلْقِهِ وَصَغَّرَهُ وَحَقَّرَهُ قَالَ فَذَرَفَتْ عَيْنَا عَبْدِ
اللَّهِ
Bahwasanya ia mendengar Abdullah bin Amru menceritakan kepada Ibnu Umar,
bahwa sesungguhnya ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Barangsiapa yang sum’ah (ingin didengar) amalannya
oleh manusia maka Allah akan memperdengarkannya kepada makhluknya yang
mendengar, dan Dia akan menganggapnya remeh[5] dan
menghinanya[6]."
Ia berkata: (mendengar itu) kedua mata Abdullah berlinang air mata. (H.R. Ahmad
6220)
عَنْ
عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ خَرَجَ يُوْمًا إِلَى
مَسْجِدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَوَ جَدَ مُعَاذَ
ابْنَ جَبَلٍ قَاعِدًا عِنْدَ قَبْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَبْكِيْ، فَقَالَ: مَا يُبْكِيْكَ؟ قَالَ: يُبْكِيْنِي شَيْءٌ سَمِعْتُهُ مِنْ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: إِنَّ يَسِيْرَ
الرِّيَاءِ شِرْكٌ، وَإِنَّ مَنْ عَادَى لِلَّهِ وَلِيًّا فَقَدْ بَارَزَ
اللهَ بِالْمُحَارَبَةِ، إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْأَبْرَارَ اْلأَتْقِيَاءَ
الْأَخْفِيَاءِ، الَّذِيْنَ إِذَا غَابُوْا لَمْ يُفْتَقَدُوْا، وَإِذَا حَضَرُوْا
لَمْ يُدْعَوْا وَلَمْ يُعْرَفُوْا، قُلُوْبُـهُمْ مَصَابِيْحُ الْهُدَى،
يَخْرُجُوْنَ مِنْ كُلِّ غَبْرَاءَ مُظْلِمَةٍ.
Dari Umar bin khaththab r.a.,
bahwa suatu hari ia keluar ke masjid Rasulullah Saw. ia menjumpai Mu’adz bin
Jabal r.a., duduk di sisi kubur Nabi Saw. sambil menangis. Maka Umar r.a.,
bertanya, “Mengapa kamu menangis?” Mu’adz r.a., berkata, “Aku menangis karena
sesuatu yang telah aku dengar dari Rasulullah Saw.. Aku mendengar Rasulullah
Saw. bersabda, ‘Sesungguhnya
riya’ yang ringan termasuk syirik. Dan
barangsiapa memusuhi wali Allah, maka Allah menyatakan perang terhadap-Nya. Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang suka berbuat baik, bertaqwa, tersembunyi,
tidak dicari orang bila mereka tidak ada, dan tidak dipanggil ataupun dikenal
orang bila mereka ada. Qolbu mereka merupakan pelita hidayah. Mereka dapat
keluar dari kegelapan.” (H.R. Ibnu Majah 3979)
مَنْ صَلَّى يُرَائِيْ فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ صَامَ يُرَائِيْ فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ تَصَدَّقَ يُرَائِيْ فَقَدْ أَشْرَكَ.
“Siapa yang shalat karena riya’, maka
sesungguhnya dia telah syirik, siapa yang berpuasa karena riya’, maka sesungguhnya dia telah syirik dan siapa
yang bersedekah karena riya’, maka sesungguhnya
dia telah syirik (mempersekutukan Allah).” [7]
عَنْ بُرَيْدَةَ الْأَسْلَمِيِّ
قَالَ خَرَجْتُ ذَاتَ يَوْمٍ لِحَاجَةٍ فَإِذَا أَنَا بِالنَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاة
وَالسَّلَامُ يَمْشِي بَيْنَ يَدَيَّ فَأَخَذَ بِيَدِي فَانْطَلَقْنَا نَمْشِي جَـمِيعًا
فَإِذَا نَـحْنُ بَيْنَ أَيْدِينَا بِرَجُلٍ يُصَلِّي يُكْثِرُ الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتُرَاهُ يُرَائِي فَقُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَتَرَكَ
يَدِي مِنْ يَدِهِ ثُـمَّ جَـمَعَ بَيْنَ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يُصَوِّبُـهُمَا وَيَرْفَعُهُمَا
وَيَقُولُ عَلَيْكُمْ هَدْيًا قَاصِدًا عَلَيْكُمْ هَدْيًا قَاصِدًا عَلَيْكُمْ هَدْيًا
قَاصِدًا فَإِنَّهُ مَنْ يُشَادَّ هَذَا الدِّينَ يَغْلِبْهُ
Dari
Buraidah Al Aslami berkata: Pada suatu hari aku pergi untuk suatu keperluan,
ternyata Nabi Shallallahu'alaihiwasallam tengah berjalan di hadapanku, beliau
meraih tanganku, kami pun pergi bersama-sama, di hadapan kami ada seseorang
shalat, ia memperlama ruku' dan sujud lalu Nabi Shallallahu'alaihiwasallam
bersabda: Apakah ia terlihat berbuat riya`? aku
menjawab: Allah dan rasul-Nya lebih tahu. Beliau melepaskan tanganku kemudian
mengumpulkan kedua tangan beliau lalu membenarkan dan mengangkat keduanya, beliau
bersabda: "Hendaklah kalian mengukuti hidayah dengan wajar (tidak
berlebih-lebihan), hendaklah kalian mengikuti hidayah dengan wajar (tidak
berlebih-lebihan), hendaklah kalian mengukuti hidayah dengan wajar (tidak
berlebih-lebihan), sebab barangsiapa yang memperberat diri dalam agama ini
pasti akan dikalahkan olehnya." (H.R. Ahmad 21885)
اَلْيَسِيْـرُ مِنَ الْرِّيَاءِ شِرْكٌ.
“Sedikit saja riya’, itu sudah termasuk syirik.” (H.R. Ibnu Majah dan
Baihaqi)
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
الْإِيـمَانُ يَمَانٍ وَالْكُفْرُ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالسَّكِينَةُ فِي أَهْلِ
الْغَنَمِ وَالْفَخْرُ وَالرِّيَاءُ فِي
الْفَدَّادِينَ أَهْلِ الْخَيْلِ وَالْوَبَرِ
Dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Iman itu ada pada
Yaman, kekufuran itu ada pada arah timur (maksudnya kaum Majusi), ketenangan
ada pada penggembala kambing (maksudnya penduduk Yaman), dan kesombongan dan riya' itu ada pada orang-orang yang bersuara keras;
pengembala kuda dan unta (orang badui)." (H.R. Muslim 76)
عَنْ
جَابِرِ بْنِ سَـمُرَةَ قَالَ شَكَا أَهْلُ الْكُوفَةِ سَعْدًا إِلَى عُمَرَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ فَعَزَلَهُ وَاسْتَعْمَلَ عَلَيْـهِمْ عَمَّارًا فَشَكَوْا حَتَّى ذَكَرُوا
أَنَّهُ لَا يُـحْسِنُ يُصَلِّي فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ فَقَالَ يَا أَبَا إِسْـحَاقَ
إِنَّ هَؤُلَاءِ يَزْعُمُونَ أَنَّكَ لَا تُحْسِنُ تُصَلِّي قَالَ أَبُو إِسْحَاقَ
أَمَّا أَنَا وَاللَّهِ فَإِنِّي كُنْتُ أُصَلِّي بِـهِمْ صَلَاةَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَخْرِمُ عَنْـهَا أُصَلِّي صَلَاةَ الْعِشَاءِ
فَأَرْكُدُ فِي الْأُولَيَيْنِ وَأُخِفُّ فِي الْأُخْرَيَيْنِ قَالَ ذَاكَ الظَّنُّ
بِكَ يَا أَبَا إِسْـحَاقَ فَأَرْسَلَ مَعَهُ رَجُلًا أَوْ رِجَالًا إِلَى الْكُوفَةِ
فَسَأَلَ عَنْهُ أَهْلَ الْكُوفَةِ وَلَمْ يَدَعْ مَسْجِدًا إِلَّا سَأَلَ عَنْهُ وَيُثْنُونَ
مَعْرُوفًا حَتَّى دَخَلَ مَسْجِدًا لِبَنِي عَبْسٍ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْـهُمْ يُقَالُ
لَهُ أُسَامَةُ بْنُ قَتَادَةَ يُكْنَى أَبَا سَعْدَةَ قَالَ أَمَّا إِذْ نَشَدْتَنَا
فَإِنَّ سَعْدًا كَانَ لَا يَسِيرُ بِالسَّرِيَّةِ وَلَا يَقْسِمُ بِالسَّوِيَّةِ وَلَا
يَعْدِلُ فِي الْقَضِيَّةِ قَالَ سَعْدٌ أَمَا وَاللَّهِ لَأَدْعُوَنَّ بِثَلَاثٍ اللَّهُمَّ
إِنْ كَانَ عَبْدُكَ هَذَا كَاذِبًا قَامَ رِيَاءً وَسُـمْعَةً
فَأَطِلْ عُمْرَهُ وَأَطِلْ فَقْرَهُ وَعَرِّضْهُ بِالْفِتَنِ وَكَانَ بَعْدُ
إِذَا سُئِلَ يَقُولُ شَيْخٌ كَبِيرٌ مَفْتُونٌ أَصَابَتْنِي دَعْوَةُ سَعْدٍ
قَالَ
عَبْدُ الْمَلِكِ فَأَنَا رَأَيْتُهُ بَعْدُ قَدْ سَقَطَ حَاجِبَاهُ عَلَى عَيْنَيْهِ
مِنْ الْكِبَرِ وَإِنَّهُ لَيَتَعَرَّضُ لِلْجَوَارِي فِي الطُّرُقِ يَغْمِزُهُنَّ
Dari Jabir bin Samrah berkata, "Penduduk Kufah
mengadukan Sa'd (bin Abu Waqash) kepada 'Umar. Maka 'Umar menggantinya dengan
'Ammar. Mereka mengadukan Sa'd karena dianggap tidak baik dalam shalatnya. Maka
Sa'd dikirim kepada 'Umar dan ditanya, "Wahai Abu Ishaq, penduduk Kufah
menganggap kamu tidak baik dalam shalat?" Abu Ishaq menjawab, "Demi
Allah, aku memimpin shalat mereka sebagaimana shalatnya Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam. Tidaklah aku mengurangi sedikitpun dalam melaksanakan shalat
'Isya bersama mereka. Aku memanjangkan bacaan pada dua rakaat pertama dan aku
pendekkan pada dua rakaat yang akhir." 'Umar berkata, "Wahai Abu
Ishaq, kami juga menganggap begitu terhadapmu." Kemudian 'Umar mengutus
seorang atau beberapa orang bersama Sa'd ke Kufah. Orang itu kemudian bertanya
kepada para penduduk tentang Sa'd, tidak ada satupun masjid yang dikunjungi
tanpa menanyakan tentang Sa'd, mereka semua mengagumi Sa'd dan mengenalnya
dengan baik. Hingga akhirnya sampai ke sebuah masjid milik bani 'Abs, lalu
salah seorang dari mereka yang bernama Usamah bin Qatadah dengan nama panggilan
Abu Sa'dah berkata, "Jika kalian minta pendapat kami, maka kami katakan
bahwa Sa'd adalah seorang yang tidak memudahkan pasukan, bila membagi tidak
sama dan tidak adil dalam mengambil keputusan." Maka Sa'd berkata,
"Demi Allah, sungguh aku akan berdo'a dengan tiga do'a; Ya Allah jika dia,
hambamu ini, berdusta, dan mengatakan ini dengan maksud riya' atau sum'ah, maka
panjangkanlah umurnya, panjangkanlah kefakirannya dan campakkanlah dia dengan
berbagai fitnah." Setelah beberapa masa kemudian, orang tersebut bila
ditanya mengapa keadaannya jadi sengsara begitu, maka ia menjawab, "Aku
orang tua renta yang terkena fitnah akibat do'anya Sa'd." 'Abdul Malik
berkata, "Aku sendiri melihat kedua alisnya telah panjang ke bawah
menutupi kedua matanya, dan sungguh dia tersia-siakan saat berada di
jalan-jalan." (H.R. Bukhari 713)
Nabi Saw. bersabda:
إِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا
فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى أَبَوَيْنِ
شَيْخَيْنِ كَبِيْرَيْنِ فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى
عَلَى نَفْسِهِ يُعِفُّهَا فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ
يَسْعَى رِيَاءً وَمُفَاخَرَةً فَهُوَ فِى
سَبِيْلِ الشَّيْطَانِ.
“Jika ia pergi berusaha demi anak kecilnya, maka ia berada di
jalan Allah; jika ia pergi berusaha demi kedua orang tuanya yang sudah renta,
maka ia berada di jalan Allah; jika ia pergi berusaha untuk dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta pada orang lain, maka ia berada di jalan Allah; dan
jika ia pergi berusaha untuk riya’ dan
berbangga-bangga, maka ia berada di jalan setan. (H.R. Thabarani)
عَنْ
سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ قَالَ سَمِعْتُ جُنْدُبًا الْعَلَقِيَّ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُسَمِّعْ
يُسَمِّعْ اللَّهُ بِهِ وَمَنْ يُرَائِي يُرَائِي
اللَّهُ بِهِ
Dari Salamah bin Kuhail berkata: Aku
mendengar Jundub Al Alaqi berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam
bersabda: "Barangsiapa sum’ah (ingin didengar)
niscaya Allah memperdengarkan dengannya dan barangsiapa riya’ (ingin dilihat) niscaya Allah memperlihatkan dengannya."
(H.R. Muslim 5302, Bukhari 6018)
عَنْ
طَرِيفٍ أَبِي تَمِيـمَةَ قَالَ شَهِدْتُ صَفْوَانَ وَجُنْدَبًا وَأَصْـحَابَهُ
وَهُوَ يُوصِيـهِمْ فَقَالُوا هَلْ سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ مَنْ سَـمَّعَ سَـمَّعَ اللَّهُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
قَالَ وَمَنْ يُشَاقِقْ يَشْقُقْ اللَّهُ عَلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَالُوا
أَوْصِنَا فَقَالَ إِنَّ أَوَّلَ مَا يُنْتِنُ مِنْ الْإِنْسَانِ بَطْنُهُ فَمَنْ
اسْتَطَاعَ أَنْ لَا يَأْكُلَ إِلَّا طَيِّبًا فَلْيَفْعَلْ وَمَنْ اسْتَطَاعَ
أَنْ لَا يُحَالَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجَنَّةِ بِمِلْءِ كَفِّهِ مِنْ دَمٍ
أَهْرَاقَهُ فَلْيَفْعَلْ قُلْتُ لِأَبِي عَبْدِ اللَّهِ مَنْ يَقُولُ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جُنْدَبٌ قَالَ نَعَمْ
جُنْدَبٌ
Dari Tharif Abu Tamimah mengatakan,
aku menghadiri Shafwan dan Jundab serta sahabat-sahabatnya ketika Jundab
memberi wasiat kepada mereka, lantas mereka bertanya; 'Apakah kau mendengar
sesuatu dari Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam? ' Ia menjawab; aku mendengar
beliau bersabda: "Barangsiapa beramal karena sum'ah
(ingin didengar), maka Allah menjadikannya sum'ah
pada hari kiamat, dan barangsiapa kikir, maka Allah juga akan kikir kepadanya
pada hari kiamat." mereka berkata; "Wasiatilah kami!" ia
berkata; 'Yang pertama-tama membusuk dari tubuh manusia adalah perut, maka
barangsiapa yang mampu untuk tidak menyantap selain yang baik, lakukanlah, dan
barangsiapa tidak ingin dihalangi antara dirinya dan surga karena segenggam
darah yang ia tumpahkan, lakukanlah.' Saya bertanya kepada Abu Abdillah; 'Siapa
yang mengatakan aku mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, apakah
Jundab? ' ia menjawab; "Iya, Jundab." (H.R. Bukhari 6619)
اَللَّهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُبِكَ مِنَ
الْكُفْرِ وَالْفُسُوْقِ وَالنِّفَاقِ وَالرِّيَاءِ.
Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran, kefasikan, kemunafikan dan riya’ (H.R. Hakim)
[1] Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dengan sanad hasan.
[2] Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad baik (jayid) dan
al-Baihaqi.
[3] Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam
al-Ausath.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar