Kamis, 12 November 2015

Hadits Fahsya (Pelecehan)



عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ كُنَّا جُلُوسًا مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو يُحَدِّثُنَا إِذْ قَالَ لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَإِنَّهُ كَانَ يَقُولُ إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا
Dari Masruq dia berkata; "Kami pernah duduk-duduk sambil berbincang-bincang bersama Abdullah bin 'Amru, tiba-tiba dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah berbicara pelecehan[1] dan tidak juga pernah berbuat sesuatu yang melecehkan, bahwa beliau bersabda: "Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling indah akhlaknya." (H.R. Bukhari 5575)
          
عَنْ أَنَسٍ قَالَ لَمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا وَلَا لَعَانًا وَلَا سَبَّابًا كَانَ يَقُولُ عِنْدَ الْمَعْتَبَةِ مَا لَهُ تَـرِبَ جَبِينُهُ.
Dari Anas dia berkata, “Rasulullah Saw. tidak pernah berkata melecehkan, melaknat dan mencaci maki[2], apabila beliau melihat orang yang mencela, maka beliau berkata: “Mengapa dahinya berdebu.” (H.R. Bukhari 5586)

عَنْ عَبْدِ اللهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَـرُ مِنْ اللهِ مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ وَمَا أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ الْمَدْحُ مِنْ اللهِ.
Dari Abdullah dari Nabi Saw., beliau bersabda: “Tak ada seorangpun yang lebih cemburu daripada Allah, yang karena sifat cemburu-Nya Allah mengharamkan segala bentuk pelecehan, dan tak seorangpun yang lebih senang pujian[3] daripada Allah.” (H.R. Bukhari 6854)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْـهَا أَنَّ الْيَـهُودَ أَتَوْا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا السَّامُ عَلَيْكَ قَالَ وَعَلَيْكُـمْ فَقَالَتْ عَائِشَةَ السَّامُ عَلَيْكُـمْ وَلَعَنَكُـمْ اللهُ وَغَضِبَ عَلَيْكُـمْ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَهْلًا يَا عَائِشَةُ عَلَيْكِ بِالرِفْقِ وَإِيَاكِ وَالْعُنْفَ أَوْ الْفُحْشَ قَالَتْ أَوَلَمْ تَسْمَعْ مَا قَالُوا قَالَ أَوَلَمْ تَسْمَعِـي مَا قُلْتُ رَدَدْتُ عَلَيْـهِمْ فَيُسْتَجَابُ لِي فِيهِمْ وَلَا يُسْتَجَابُ لَهُمْ فِيَّ
Dari Aisyah r.ha. bahwa sekelompok orang Yahudi datang menemui Nabi Saw., lalu mereka mengucapkan; “As saamu ‘alaika (kebinasaan atasmu).” Beliau menjawab: ‘Wa ‘alaikum (dan atas kalian juga).’ Kemudian Aisyah berkata; ‘As saamu ‘alaikum wala’anakumullah wa ghadziba ‘alaikum (semoga kebinasaan atas kalian dan laknat Allah serta murka Allah menimpa kalian).’ Maka Rasulullah Saw. bersabda: ‘Pelan-pelan wahai Aisyah, hendaklah kamu berlemah lembut dan janganlah kamu kasar[4] atau berkata melecehkan.’ Aku berkata; ‘Apakah anda tidak mendengar apa yang diucapkan mereka?’ Beliau bersabda: ‘Apakah kamu tidak mendengar ucapanku, sebenarnya aku tadi telah menjawabnya, maka do’aku atas mereka telah dikabulkan, sementara do’a mereka atasku tidak akan terkabulkan.” (H.R. Bukhari 5922)

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ.
Dari Abu Darda’ bahwasanya Nabi Saw. bersabda, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mu’min kelak pada hari kiamat daripada akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah amat membenci pelecehan dan penghinaan[5].” (H.R. Tirmidzi 1925)

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَجُلًا اسْتَأُذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَآهُ قَالَ بِئْسَ أَخُو الْعَشِيرَةِ وَبِئْسَ ابْنُ الْعَشِيرَةِ فَلَمَّا جَلَسَ تَطَلَّقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَجْـهِهِ وَانْبَسَطَ إِلَيْهِ فَلَمَّا انْطَلَقَ الرَّجُلُ قَالَتْ لَهُ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللهِ حِينَ رَأَيْتَ الرَّجُلَ قُلْتَ لَهُ كَذَا وَكَذَا ثُـمَّ تَطَلَّقْتَ فِي وَجْـهِهِ وَانْبَسَطْتَ إِلَيْهِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَائِشَةُ مَتَى عَهِدْتِنِي فَحَاشًا إِنَّ شَرَّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ تَـرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ شَرِّهِ.
Dari Aisyah, bahwa seorang laki-laki meminta izin kepada Nabi Saw., ketika beliau melihat orang tersebut, beliau bersabda: “Dia adalah saudara paling buruk di kabilah ini atau seburuk-buruk saudara kabilah ini.” Saat orang itu duduk, beliau menampakkan wajahnya yang berseri-seri, setelah orang itu keluar ‘Aisyah berkata; “Wahai Rasulullah, ketika anda melihat (kedatangan) orang tersebut, anda berkata seperti ini dan itu, namun setelah itu wajah anda nampak berseri-seri, maka Rasulullah Saw. bersabda: “Wahai ‘Aisyah, kapankan kamu melihatku mengatakan perkataan melecehkan? Sesungguhnya seburuk-buruk kedudukan manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan oleh manusia karena takut akan kejahatannya.” (H.R. Bukhari 5572)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ بِمَكَّةَ }وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَرَ{ إِلَى قَوْله }مُهَانًا{ فَقَالَ الْمُشْرِكُونَ وَمَا يُغْنِي عَنَّا الْإِسْلَامُ وَقَدْ عَدَلْنَا بِاللهِ وَقَدْ قَتَلْنَا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ وَأَتَيْنَا الْفَوَاحِشَ فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ }إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَـمِلَ عَـمَلًا صَالِحًا{ إِلَى آخِرِ الْآيَةِ قَالَ فَأَمَّا مَنْ دَخَلَ فِي الْإِسْلَاِم وَعَقَلَهُ ثُـمَّ قَتَلَ فَلَا تَوْبَةَ لَهُ.
Dari Ibnu Abbas ia berkata: Ayat ini turun di Makkah: “Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan lain beserta Allah” Hingga firman-Nya: “Dalam keadaan terhina.” [Al Furqaan: 68-69] lalu orang-orang musyrik berkata: Islam tidak berguna bagi kami, kami berpaling dari Allah, kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah dan kami melakukan perbuatan-perbuatan pelecehan. Lalu Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan: “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih.” Hingga akhir ayat, Ibnu Abbas berkata: Adapun orang yang masuk Islam dan memahaminya kemudian setelah itu membunuh, maka tidak ada taubat baginya.” (H.R. Muslim 5347)

عَنْ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قُلْتُ أَنْتَ سَمِعْتَ هَذَا مِنْ عَنْدِ اللهِ قَالَ نَعَمْ وَرَفَعَهُ قَالَ لَا أَحَدَ أَغْيَـرُ مِنْ اللهِ فَلِذَلِكَ حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْـهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْمِدْحَةُ مِنْ اللهِ فَلِذَلِكَ مَدَحَ نَفْسَهُ.
Dari Abdullah r.a., dia berkata; apakah kamu mendengarnya dari Abdullah? Dia menjawab; Ya, secara marfu’ dia berkata; “Tidak ada yang lebih pencemburu dari Allah, karena itulah Dia mengharamkan segala  pelecehan baik yang lahir maupun yang bathin, dan tidak ada yang lebih suka dipuji selain Allah, karena itulah Dia memuji diri-Nya sendiri.” (H.R. Bukhari 4271)

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللهِ مَتَى نَتْـرُكُ الْأَمْرَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِ قَالَ إِذَا ظَهَرَ فِيكُـمْ مَا ظَهَرَ فِي الْأُمَمِ قَبْلَكُـمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللهِ وَمَا ظَهَرَ فِي الْأُمَمِ قَبْلَنَا قَالَ الْمُلْكُ فِي صِغَارِكُـمْ وَالْفَاحِشَةُ فِي كِبَارِكُـمْ وَالْعِلْـمُ فِي رُذَالَتِكُـمْ.
Dari Anas bin Malik dia berkata, “Dikatakan, “Wahai Rasulullah, kapan kita meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar?” beliau bersabda, “Jika telah terjadi pada kalian sebagaimana yang terjadi pada bani Israil, yaitu apabila perbuatan melecehkan dilakukan oleh pembesar-pembesar kalian, dan kekuasaan ada pada orang-orang kecil dari kalian sedangkan ilmu berada pada orang-orang yang hina dari kalian.” (H.R. Ibnu Majah 4005)

حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرٍ وَصَدَقَ أَبُو بَكْرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا ثُـمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّرُ ثُـمَّ يُصَلِّي ثُـمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ إِلَّا غَفَرَ لَهُ ثُـمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ }وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ{ إِلَى آخِرِ الْآيَةِ.
Abu Bakar pernah menceritakan kepadaku, sementara Abu Bakar adalah orang yang benar, ia berkata; aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Tidaklah seseorang melakukan suatu dosa, kemudian berdiri, wudhu lalu shalat, setelah itu ia meminta ampun kepada Allah, melainkan pasti akan diampuni.” Setelah itu Abu Bakar membaca ayat ini: Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan melecehkan atau kedzaliman (menganiaya), mereka ingat Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. [QS Ali Imran: 135], hingga akhir ayat. (H.R. Tirmidzi 2932)

فَقَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ كَلِمَةً مِنْكَ تَنْفَعُنَا وَلَا تَضُرُّكَ قَالَ نَعَمْ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَنَا إِنَّكُـمْ قَادِمُونَ عَلَى إِخْوَنِكُـمْ فَأَصْلِحُوا رِحَالَكُـمْ وَلِبَاسَكُـمْ حَتَّى تَكُونُوا فِي النَّاسِ كَأَنَكُـمْ شَامَةٌ فَإِنَّ اللهَ عَزَّوَجَلَّ لَا يُـحِبُّ الْفُحْشَ وَلَا التَّفَحُّشَ.
Abu Barda berkata kepadanya (Ibnu Hanzhaliyah), “(Berbicaralah) satu kalimat yang bermanfaat bagi kami dan tidak memberi mudlarat kepadamu.” Ibnu Hanzhaliyah menjawab, “Baik, suatu ketika kami sedang bersama Rasulullah Saw., beliau lalu bersabda kepada kami: “Sesungguhnya kalian akan menemui saudara-saudara kalian, maka perbaikilah kendaraan dan pakaian kalian hingga kalian berada di tengah-tengah manusia dalam keadaan indah. Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla tidak menyukai perbuatan pelecehan dan tidak juga saling melecehkan.” (H.R. Ahmad 16966)

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَـمُرَةَ قَالَ كُنْتُ فِي مَجْلِسٍ فِيهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَأَبِي سَـمُرَةُ جَالِسٌ أَمَامِـي فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْفُحْشَ وَالتَّفَحُّشَ لَيْسَا مِنْ الْإِسْلَامِ وَإِنَّ أَحْسَنَ النَّاسِ إِسْلَامًا أَحْسَنُـهُمْ خُلُقًا.
Dari Jabir bin Samurah dia berkata; “Aku berada dalam suatu majelis yang didalamnya terdapat Nabi Saw., Jabir berkata; sementara Abu Samurah duduk dihadapanku, kemudian Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya berkata melecehkan atau melakukan pelecehan bukanlah dari ajaran Islam dan sesungguhnya sebaik-baik Islamnya seseorang adalah yang paling baik akhlaknya. (H.R. Ahmad 19915)

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ قَالَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيْسَ بِاللَّعَّانِ وَلَا الطَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ.
Dari Abdullah ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Seorang mu’min itu bukanlah orang yang suka melaknat, mencela[6], melecehkan dan bukan pula yang suka menghina[7].” (H.R. Ahmad 3752)

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَـمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُـمْ وَالظُّلْـمَ فَإِنَّ الظُّلْـمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَإِيَّاكُـمْ وَالْفُحْشَ فَإِنَّ اللهَ لَا يُـحِبُّ الْفُحْشَ وَلَا التَّفَحُّشَ وَإيَّاكُـمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُـمْ أَمَرَهُـمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا وَبِالْبُخْلِ فَبَخِلُوا وَبِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا قَالَ فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ أَيُّ الْإِسْلَامِ أَفْضَلُ أَنْ يَسْلَـمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِكَ وَيَدِكَ قَالَ ذَلِكَ الرَّجُلُ أَوْ رَجُلٌ آخَرُ يَا رَسُولَ اللهِ فَأَيُّ الْهِجْرَةِ أَفْضَلُ قَالَ أَنْ تَـهْجُرَ مَا كَرِهَ اللهُ وَالْهِجْرَةُ هِـجْرَتَانِ هِـجْرَةُ الْحَاضِرِ وَالْبَادِي فَأَمَّا الْبَادِي فَيُطِيعُ إِذَا أُمِرَ وَيُـجِيبُ إِذَا دُعِـيَ وَأَمَّا الْحَاضِرُ فَأَعْظَمُهُمَا بَلِيَّةً وَأَعْظَمُهُمَا أَجْرًا.
Dari Abdullah bin ‘Amru dari Nabi Saw., beliau bersabda: “Hati-hatilah kalian dari berbuat dzalim karena kedzaliman adalah kegelapan pada hari kiamat dan hati-hatilah kalian dari pelecehan, karena sesungguhnya Allah tidak suka dengan perkara pelecehan dan perbuatan yang melecehkan, dan hati-hatilah kalian dari sifat bakhil (kikir), karena sesungguhnya sifat bakhil telah membinasakan orang-orang terdahulu, karena jika sifat bakhil itu memerintahkan untuk memutuskan hubungan kekerabatan mereka pun akan memutus hubungan, dan jika memerintahkan untuk bakhil mereka pun bakhil, dan jika memerintahkan untuk berbuat jahat, mereka pun akan berbuat jahat.” Dia berkata; lelaki itu berdiri dan bertanya: “Wahai Rasulullah, lalu Islam yang bagaimana yang paling afdhal?” Beliau menjawab: “Yaitu jika kaum muslimin selamat dari bahaya lisan dan tanganmu.” Lelaki itu berkata: atau yang lain berkata: “Wahai Rasulullah hijrah yang bagimana yang paling afdhal?” Beliau menjawab: “Yaitu engkau jauhi apa-apa yang telah Allah larang, sedang hijrah itu sendiri ada dua; hijrah al hadlir dan al badiy. Hijrah al badiy adalah selalu taat jika diperintah dan selalu memenuhi jika diseru, dan hijrah al hadlir adalah yang paling banyak ujian dan pahalanya di antara keduanya.” (H.R. Ahmad 6542)

عَبْدِ اللهِ بْنَ عَـمْرٍو فَحَدَّثَنِي مِنْ فِيهِ إِلَى فَيَّ حَدِيثًا سَـمِعَهُ مِنْ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمْلَاهُ عَلَيَّ وَكَتَبْتُهُ قَالَ فَإِنِّي أَقْسَمْتُ عَلَيْكَ لَمَا أَعْرَقْتَ هَذَا الْبِرْذَوْنَ حَتَّى تَأْتِيَنِي بِالْكِتَابِ قَالَ فَرَكِبْتُ الْبِرْذَوْنَ فَرَكَضْتُهُ حَتَّى عَرِقَ فَأَتَيْتُهُ بِالْكِتَابِ فَإِذَا فِيهِ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللهِ بْنُ عَـمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ سَـمِعَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللهَ يُبْغِضُ الْفُحْشَ وَالتَّفَحُّشَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُـخَوَّنَ الْأَمِينُ وَيُؤْتَمَنَ الْخَائِنُ حَتَّى يَطْهَرَ الْفُحْشُ وَالتَّفَحُّشُ وَقَطِيعَةُ الْأَرْحَامِ وَسُوءُ الْجِوَارِ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ لَكَـمَثَلِ الْقِطْعَةِ مِنْ الذَّهَبِ نَفَخَ عَلَيْـهَا صَاحِبُـهَا فَلَـمْ تَغَيَّـرْ وَلَمْ تَنْقُصْ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ لَكَـمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَـمْ تُكْسَرْ وَلَمْ تَفْسُدْ.
Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash menceritakan kepadaku bahwa dia mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah membenci perbuatan pelecehan dan saling melecehkan, demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, tidak akan datang hari kiamat hingga orang yang amanah dikhianati dan yang khianat diberi kepercayaan. Sehingga muncul pelecehan dan saling melecehkan, putusnya hubungan kekerabatan dan buruknya muamalah antar tetangga. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya perumpamaan seorang mu’min adalah seperti potongan emas yang sepuh oleh pemiliknya yang tidak akan berkurang dan tidak akan berubah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya perumpamaan seorang Mu’min adalah seperti lebah, ia makan yang baik-baik, mengeluarkan yang baik-baik, bila ia hinggap tidak membuat dahan patah dan rusak.” (H.R. Ahmad 6577)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قِيلَ لِرَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا تَغَارُ قَالَ وَاللهِ إِنِّي لَأَغَارُ وَاللهُ أَغْيَـرُ مِنِّي وَمِنْ غَيْـرَتِهِ نَـهـِى عَنْ الْفَوَاحِشِ.
Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Saw. ditanya, “Tidakkah engkau cemburu?” beliau bersabda, “Demi Allah, sungguh aku sangat pencemburu, dan Allah lebih cemburu dariku, dan dari bentuk rasa cemburu-Nya, Dia melarang perbuatan melecehkan.” (H.R. Ahmad 7971)

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَنْسَابَكُـمْ هَذِهِ لَيْسَتْ بِسِبَاتٍ عَلَى أَحَدٍ وَإِنَّمَا أَنْتُـمْ وَلَدُ آدَمَ طَفُّ الصَّاعِ لَمْ تَمْلَئُوهُ لَيْسَ لِأَحَدٍ فَضْلٌ إِلَّا بِالدِّينِ أَوْ عَـمَلٍ صَالِحٍ حَسْبُ الرَّجُلِ أَنْ يَكُونَ فَاحِشًا بَذِيًّا بَـخِيلًا جَبَانًا.
Dari Uqbah bin Amir bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya nasab-nasab (keturunan) kalian, bukanlah alat untuk merendahkan orang lain. Kalian hanyalah anak Adam, isi sha’ telah jatuh tertumpah dan kalian belum mengisinya. Tidak ada keutamaan bagi seseorang kecuali dengan agama atau amalan shalih. Berlebihan bagi seseorang jika ia adalah seseorang yang suka melecehkan, berkata-kata tidak sopan, bakhil dan penakut.” (H.R. Ahmad 16675)

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَـمْرٍو قَالَ جَاءَ أَعْرَابِيٌّ عَلَوِيٌّ جَرِيءٌ إِلَى رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ أَخْبِرْنَا عَنْ الْهِجْرَةِ إِلَيْكَ أَيْنَمَا كُنْتَ أَوْ لِقَوْمٍ خَاصَّةً أَمْ إِلَى أَرْضٍ مَعْلُومَةٍ أَمْ إِذَا مُتَّ انْقَطَعَتْ قَالَ فَسَكَتَ عَنْهُ يَسِيرًا ثُـمَّ قَالَ أَيْنَ السَّائِلُ قَالَ هَا هُوَ ذَا يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ الْهِجْرَةُ أَنْ تَـهْجُرَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْـهَا وَمَا بَطَنَ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَكَاةَ ثُـمَّ أَنْتَ مُهَاجِرٌ وَإِنْ مُتَّ بِالْحَضَرِ.
Dari Abdullah bin ‘Amru dia berkata, seorang laki-laki badui pemberani datang kepada Rasulullah Saw. lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, kabarkanlah kepada kami tentang hijrah? Di tempat engkau berada atau hanya khusus untuk suatu kaum tertentu saja ataukah tempat yang memang telah diketahui? Dan apakah jika engkau wafat, kewajiban hijrah gugur?” Beliau terdiam sesaat lalu beliau berkata, “Dimana orang yang bertanya tadi?” Dia berkata, “Saya wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Hijrah itu adalah engkau jauhi pelecehan, baik yang lahir maupun yang bathin, engkau dirikan shalat dan tunaikan zakat, dan engkau disebut muhajir meskipun engkau meninggal di tempat.” (H.R. Ahmad 6798)

عَنْ الْمُغِيرَةِ قَالَ قَالَ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ لَوْ رَأَيْتُ رَجُلًا مَعَ امْرَأَتِي لَضَرَبْتُهُ بِالسَّيْفِ غَيْـرَ مُصْفَحٍ فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَتَعْجَبُونَ مِنْ غَيْـرَةِ سَعْدٍ وَاللهِ لَأَنَا أَغْيَـرُ مِنْهُ وَاللهُ أَغْيَـرُ مِنِّي وَمِنْ أَجْلِ غَيْـرَةِ اللهِ حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْـهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعُذْرُ مِنْ اللهِ وَمِنْ أَجْلِ ذَلِكَ بَعَثَ الْمُبَشِّرِينَ وَالْمُنْذِرِينَ وَلَا أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْمِدْحَةُ مِنْ اللهِ وَمَنْ أَجْلِ ذَلِكَ وَعَدَ اللهُ الْجَنَّةَ.
Dari mughirah berkata, “Sa’d bin Ubadah berkata, “Kalaulah kulihat seorang laki-laki bersama isteriku, niscaya aku penggal dia dengan bagian mata pedang, bukan dengan pinggirnya.” Berita ini kemudian terdengar oleh Rasulullah Saw., sehingga beliau bersabda, “Apakah kalian merasa heran dengan kecemburuan Sa’d? Demi Allah, sungguh aku lebih cemburu daripada dia, dan Allah lebih cemburu daripada aku, dan karena kecemburuan Allah itulah Allah mengharamkan segala bentuk pelecehan baik yang lahir maupun yang bathin, dan tidak ada yang lebih suka terhadap argumen daripada Allah, karena itulah Allah mengutus para Rasul sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan tak ada yang lebih menyukai pujian daripada Allah, karena itulah Allah menjanjikan surga.” (H.R. Bukhari 6866)
 
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَـمْرٍو عَنْ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَظْهَرَ الْفُحْشُ وَالْتَفَاحُشُ وَقَطِيعَةُ الرَّحِمِ وَسُوءُ الْمُجَاوَرَةِ وَحَتَّى يُؤْتَمَنَ الْخَائِنُ وَيُـخَوَّنَ الْأَمِينُ.
Dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak akan terjadi hari kiamat hingga nampak jelas pelecehan dan saling melecehkan, putusnya silaturahim, buruknya hubungan bertetangga, dan hingga seorang pengkhianat dipercaya sementara orang yang benar dituduh berkhianat.” (H.R. Ahmad 6226)
 
عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا كَانَ الْفُحْشُ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا شَانَهُ وَلَا كَانَ الْحَيَاءُ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا زَانَهُ.
Dari Anas ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Tidaklah pelecehan ada pada sesuatu melainkan hal itu akan memperburuknya, dan tidaklah sifat malu ada pada sesuatu melainkan hal itu akan menghiasinya.” (H.R. Ahmad 12228)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْـهَا أَنَّ رَجُلًا اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِئْسَ أَخُو الْعَشِيرَةِ فَلَمَّا دَخَلَ انْبَسَطَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَلَّمَهُ فَلَمَّا خَرَجَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ لَمَّا اسْتَأْذَنَ قُلْتَ بِئْسَ أَخُو الْعَشِيرَةِ فَلَمَّا دَخَلَ انْبَسَطْتَ إِلَيْهِ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللهَ لَا يُـحِبُّ الْفَاحِشَ الْمُتَفَحِّشَ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ عَائِشَةَ فِي هَذِهِ الْقِصَّةِ قَالَتْ فَقَالَ تَعْنِي النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ مِنْ شِرَارِ النَّاسِ الَّذِينَ يُكْرَمُونَ اتِّقَاءَ أَلْسِنَتِـهِمْ
Dari 'Aisyah radliallahu 'anha ia berkata, "Seorang laki-laki minta izin kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ia adalah sejelek-jelek saudara dalam kaumnya." Maka ketika laki-laki itu masuk, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berbicara dengannya dan menampakkan wajah keceriaan. Ketika laki-laki itu telah keluar, aku bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa engkau izinkan ia masuk, padahal sebelum itu engkau mengatakan 'Ia adalah sejelek-jelek saudara dalam kaumnya'? Dan ketika ia telah masuk wajahmu ceria?" beliau lalu menjawab: "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya Allah tidak menyukai pelecehan dan perbuatan melecehkan." Telah menceritakan kepada kami Abbas Al Anbari berkata, telah menceritakan kepada kami Aswad bin Amir berkata, telah menceritakan kepada kami Syarik dari Al A'masy dari Mujahid dari 'Aisyah tentang kisah ini, ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya seburuk-buruk manusia adalah orang-orang yang diberi kemuliaan agar mereka terhindar dari keburukkan lisannya." (H.R. Abu Daud 4160)

عَنْ أَبِي إِسْـحَقَ قَال سَـمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ الْجَدَلِيَّ يَقُولُ سَأَلْتُ عَائِشَةَ عَنْ خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَلَا صَـخَّابًا فِي الْأَسْوَاقِ وَلَا يَجْزِي بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَصْفَحُ
Dari Abu Ishaq ia berkata, aku mendengar Abu Abdullah Al Jadali berkata; Aku pernah bertanya kepada Aisyah mengenai akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka ia pun menjawab, "Beliau tidak pernah melecehkan dan tidak pula melakukan pelecehan. Beliau tidak suka berteriak di pasar-pasar. Beliau bukanlah tipe orang yang membalas kejahatan dengan kejahatan, tapi beliau selalu memaafkan dengan lapang dada[8]." (H.R. Tirmidzi 1939 menurutnya hadits ini hasan shahih, Ahmad 24247)

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْحَيَاءُ وَالْعِيُّ شُعْبَتَانِ مِنْ الْإِيـمَانِ وَالْبَذَاءُ وَالْبَيَانُ شُعْبَتَانِ مِنْ النِّفَاقِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ إِنَّمَا نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ أَبِي غَسَّانَ مُحَمَّدِ بْنِ مُطَرِّفٍ قَالَ وَالْعِيُّ قِلَّةُ الْكَلَامِ وَالْبَذَاءُ هُوَ الْفُحْشُ فِي الْكَلَامِ وَالْبَيَانُ هُوَ كَثْرَةُ الْكَلَامِ مِثْلُ هَؤُلَاءِ الْخُطَبَاءِ الَّذِينَ يَخْطُبُونَ فَيُوَسِّعُونَ فِي الْكَلَامِ وَيَتَفَصَّحُونَ فِيهِ مِنْ مَدْحِ النَّاسِ فِيـمَا لَا يُرْضِي اللَّهَ
Dari Abu Umamah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sifat Al Haya’ (malu) dan Al 'Iyyu adalah dua cabang dari cabang-cabang keimanan. Sedangkan Al Badza` dan Al Bayan adalah dua cabang dari cabang-cabang kemunafikan." Abu Isa berkata; Ini adalah hadits Hasan Gharib, kami mengetahuinya hanya dari haditsnya Abu Ghassan Muhammad bin Mutharrif. Ia berkata, Al 'Iyy adalah sedikit bicara dan Al Badza` adalah kata-kata yang melecehkan, sedangkan Al Bayan adalah banyak bicara seperti para khatib yang memperpanjang dan menambah-nambahkan isi pembicaraan guna memperoleh pujian publik dalam hal-hal yang tidak diridlai Allah. (H.R. Tirmidzi 1950)

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسًا إِذْ شَـخَصَ بِبَصَرِهِ ثُـمَّ صَوَّبَهُ حَتَّى كَادَ أَنْ يُلْزِقَهُ بِالْأَرْضِ قَالَ ثُـمَّ شَخَصَ بِبَصَرِهِ فَقَالَ أَتَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام فَأَمَرَنِي أَنْ أَضَعَ هَذِهِ الْآيَةَ بِـهَذَا الْمَوْضِعِ مِنْ هَذِهِ السُّورَةِ {إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْـهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ}
Dari Utsman bin Abu Al 'Ash ia berkata, "Aku pernah duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, saat beliau memandang dengan tatapan tajam hingga seakan-akan menembus bumi. Kemudian beliau mendongakkan pandangannya dan bersabda: "Jibril 'alaihis salam telah datang kepadaku dan menyuruhku agar menaruh ayat ini di tempat ini di dalam surat ini; '(Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berlaku adil dan berbuat kebaikan, memberi kepada kerabat, dan Allah melarang perbuatan pelecehan, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran) ' [Qs. An Nahl: 90]. (H.R. Ahmad 17240)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِلشَّيْطَانِ لَمَّةً بِابْنِ آدَمَ وَلِلْمَلَكِ لَمَّةً فَأَمَّا لَمَّةُ الشَّيْطَانِ فَإِيعَادٌ بِالشَّرِّ وَتَكْذِيبٌ بِالْحَقِّ وَأَمَّا لَمَّةُ الْمَلَكِ فَإِيعَادٌ بِالْخَيْرِ وَتَصْدِيقٌ بِالْحَقِّ فَمَنْ وَجَدَ ذَلِكَ فَلْيَعْلَمْ أَنَّهُ مِنْ اللَّهِ فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ الْأُخْرَى فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ثُـمَّ قَرَأَ {الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمْ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ} الْآيَةَ
Dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya setan membisiki anak cucu Adam, dan Malaikatpun membisiki, adapun bisikan setan selalu menjanjikan kejahatan dan mendustakan kebenaran, sedangkan bisikan para Malaikat selalu menjanjikan kebaikan dan membenarkan kebenaran, barangsiapa mendapatkan demikian maka ketahuilah, sesungguhnya itu dari Allah maka pujilah Allah, namun barangsiapa mendapatkan yang lainnya (bisikan syetan), maka berlindunglah kepada Allah dari setan yang terkutuk dan bacalah ayat: "Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu melakukan pelecehan." [QS Al Baqarah: 268]. (H.R. Tirmidzi 2914, menurutnya hadits ini hasan gharib)

عَنْ سَلْمَانَ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَسَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْمًا فَقُلْتُ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَغَيْرُ هَؤُلَاءِ كَانَ أَحَقَّ بِهِ مِنْـهُمْ قَالَ إِنَّـهُمْ خَيَّرُونِي أَنْ يَسْأَلُونِي بِالْفُحْشِ أَوْ يُبَخِّلُونِي فَلَسْتُ بِبَاخِلٍ
Dari Salman bin Rabi'ah ia berkata, Umar bin Al Khaththab berkata; Pada suatu hari, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membagi-bagikan sedekah, aku menyarankan kepada beliau, "Demi Allah, wahai Rasulullah, bukan ini yang lebih berhak diberi sedekah tetapi adalah mereka itu." beliau menjawab: "Mereka ini, seolah-olah memaksakan kepadaku untuk mengambil salah satu antara dua pilihan, yaitu apakah mereka akan meminta kepadaku dengan cara melecehkan, ataukah mereka akan menuduhku orang bakhil. Padahal aku tidak bakhil." (H.R. Muslim 1748)

عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْأَحْوَصِ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي أَنَّهُ شَهِدَ حَجَّةَ الْوَدَاعِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَذَكَّرَ وَوَعَظَ فَذَكَرَ فِي الْحَدِيثِ قِصَّةً فَقَالَ أَلَا وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّمَا هُنَّ عَوَانٌ عِنْدَكُمْ لَيْسَ تَمْلِكُونَ مِنْـهُنَّ شَيْئًا غَيْرَ ذَلِكَ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ فَإِنْ فَعَلْنَ فَاهْـجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا أَلَا إِنَّ لَكُمْ عَلَى نِسَائِكُمْ حَقًّا وَلِنِسَائِكُمْ عَلَيْكُمْ حَقًّا فَأَمَّا حَقُّكُمْ عَلَى نِسَائِكُمْ فَلَا يُوطِئْنَ فُرُشَكُمْ مَنْ تَكْرَهُونَ وَلَا يَأْذَنَّ فِي بُيُوتِكُمْ لِمَنْ تَكْرَهُونَ أَلَا وَحَقُّهُنَّ عَلَيْكُمْ أَنْ تُحْسِنُوا إِلَيْـهِنَّ فِي كِسْوَتِـهِنَّ وَطَعَامِهِنَّ
Dari Sulaiman bin Amr bin Al Ahwash berkata; telah menceritakan kepadaku Bapakku bahwa dia melaksanakan haji wada' bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau bertahmid dan memuji Allah, beliau memberi pengingatan dan nasehat. Beliau menuturkan cerita dalam haditsnya, lantas bersabda: "Ketahuilah, berbuat baiklah terhadap wanita, karena mereka adalah tawanan[9] kalian. Kalian tidak berhak atas mereka lebih dari itu, kecuali jika mereka melakukan perbuatan pelecehan yang nyata. Jika mereka melakukannya, jauhilah mereka di tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Jika kemudian mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Ketahuilah; kalian memiliki hak atas istri kalian dan istri kalian memiliki hak atas kalian. Hak kalian atas istri kalian ialah dia tidak boleh memasukkan orang yang kalian benci ke tempat tidur kalian. Tidak boleh memasukan seseorang yang kalian benci ke dalam rumah kalian. Ketahuilah; hak istri kalian atas kalian ialah kalian berbuat baik kepada mereka dalam pakaian dan makanan mereka." (H.R. Tirmidzi 1083, menurutnya hadits ini hasan shahih).

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ: سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ عَنْ قَوْلِ اللهِ {إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْـهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ} قَالَ: مَنْ لَمْ تَنْـهَهُ صَلَاتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ فَلَا صَلَاةَ لَهُ
Dari ‘Imran bin Hushain, ia berkata: Nabi Saw pernah ditanya tentang firman-Nya (Innash shalata tanha anil fahsya’i dan munkar), beliau bersabda: Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegahnya dari perbuatan fahsya dan munkar, maka tidak ada shalat baginya. (H.R. Tabrani)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِيَّاكُـمْ وَالظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَإِيَّاكُـمْ وَالْفُحْشَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُـحِبُّ الْفُحْشَ وَالتَّفَحُّشَ وَإِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّهُ دَعَا مَنْ قَبْلَكُمْ فَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ وَسَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَقَطَّعُوا أَرْحَامَهُمْ
Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian berbuat dzalim, karena kedzaliman akan menjadi kegelapan pada hari kiamat disi Allah, janganlah berbuat pelecehan karena sesungguhnya Allah tidak menyukai pelecehan dan saling melecehkan, janganlah kalian serakah karena itu yang menyebabkan kerusakan orang-orang sebelum kalian, sehingga mereka menghalalkan yang diharamkan, menumpahkan darah dan memutus hubungan silaturrahim mereka." (H.R. Ahmad 9202)

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ كُنَا إِذَا جَلَسْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الصَّلَاةِ قُلْنَا السَّلَامُ عَلَى اللهِ قَبْلَ عِبَادِهِ السَّلَامُ عَلَى فُلَانٍ وَفُلَانٍ فَقَالَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقُولُوا السَّلَامُ عَلَى اللهِ فَإِنَّ اللهَ هُوَ السَّلَامُ وَلَكِنْ إِذَا جَلَسَ أَحَدُكُـمْ فَلْيَقُلْ التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّـهَا النَّبِيُّ وَرَحْـمَةُ اللهِ وَبَـرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ فَإِنَكُـمْ إِذَا قُلْتُـمْ ذَلِكَ أَصَابَ كُلَّ عَبْدٍ صَالِحٍ فيِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَوْ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ثُـمَّ لِيَتَخَيَّـرْ أَحَدُكُـمْ مِنْ الدُّعَاءِ أَعْـجَبَهُ إِلَيْهِ فَيَدْعُوَ بِهِ حَدَّثَنَا تَمِيمُ بْنُ الْمُنْتَصِرِ أَخْبَـرَنَا إِسْـحَقُ يَعْنِي ابْنَ يُوسُفَ عَنْ شَرِيكٍ عَنْ أَبِي إِسْـحَقَ عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ كُنَّا لَا نَدْرِي مَا نَقُولُ إِذَا جَلَسْنَا فِي الصَّلَاةِ وَكَانَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ عُلِّـمَ فَذَكَرَ نَـحْوَهُ قَالَ شَرِيكٌ وَحَدَّثَنَا جَامِعٌ يَعْنِي ابْنَ أَبِي شَدَّادٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ بِمِثْلِهِ قَالَ وَكَانَ يُعَلِّمُنَا كَلِمَاتِ وَلَمْ يَكُنْ يُعَلِّمُنَاهُنَّ كَـمَا يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدَ اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ وَنَـجِّنَا مِنْ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْـهَا وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْـمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيـمُ وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ مُثْنِينَ بِـهَا قَابِلِيـهَا وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا.
Dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata; “Apabila kami selesai duduk-duduk bersama Rasulullah saw. dalam shalat, maka kami ucapkan; “As sallamu ‘ala Allah qabla ‘ibaadihis salaam ‘ala fulaanin wa fulaan (Selamat sejahtera bagi Allah sebelum hamba-hamba-Nya, selamat sejahtera bagi fulan dan fulan).” Maka Rasulullah Saw. bersabda, “Janganlah kalian mengatakan “As salaamu ‘ala Allah, karena Allah adalah Dzat sumber keselamatan, akan tetapi jika salah seorang dari kalian duduk hendaklah mengucapkan; ‘AT TAHIYYAATU LILLAH WASH SHALAWAATU WATH THAYYIBAATU, AS SALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIIYU WARAHMATULLAHI WA BARAKAATUH AS SALAAMU ‘ALAINA WA ‘ALAA IBAADILLAHISH SHALIHIN (Segala keselamatan milik Allah semata, begitupun segala shalawat dan hal-hal yang baik, selamat sejahtera bagi para nabi, dan rahmat Allah serta barakah-Nya, selamat sejahtera bagi kami dan bagi hamba-hamba Allah yang shalih)” apabila kalian mengucapkan seperti ini, maka kalian dapat mencapai semua hamba yang shalih baik yang di langit maupun yang dibumi – atau sabdanya – di antara langit dan bumi.’ “ASYHADU ALLA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASUULUH (Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah)” kemudian hendaklah salah seorang dari kalian memilih do’a yang menarik hatinya dan berdoa dengan doa itu.” Telah menceritakan kepada kami Tamim bin Al Muntashir telah mengabarkan kepada kami Ishaq yaitu Ibnu Yusuf dari Syarik dari Abu Isgaq dari Abu Al Ahwash dari Abdullah dia berkata; “Kami tidak tahu, apa yang harus kami baca ketika duduk dalam shalat, sedangkan Rasulullah Saw. telah diajari (oleh Allah)...” kemudian dia menyebutkan hadits yang semisal itu.” Syarik mengatakan; dan telah menceritakan kepada kami Jami’ yaitu Ibnu Abu Syaddad dari Abu Wa’il dari Abdullah seperti itu, katanya; “Dan beliau telah mengajari kami beberapa kalimat, dan tidak mengajari kami kalimat-kalimat di atas sebagaimana beliau mengajari kami tasyahud, (sabdanya): “ALLAHUMMA ALLIF BAINA QULUUBINA, WA ASHLIH DZAATA BAININA, WAHDINAA SUBULAS SALAAM, WA NAJJINAA MIN DZULUMAATIN ILAN NUUR, WA JANNIBNAL FAWAAHISYA MAA DZAHARA MINHAA WA MAA BATHANA, WA BAARIK LANAA FII ASMAA’INA WA ABSHAARINAA WA QULUUBINA WA AZWAAJINAA WA DZURRIYYATINAA, WA TUB ‘ALAINAA INNAKA ANTA TAWWAABUR RAHIIM, WAJ’ALNA SYAAKIRIINA LINI’MATIKA, MUTSNIINA BIHAA QAABILIIHA, WA ATIMMAHA ‘ALAINA  (Ya Allah, satukanlah antara qolbu kami, perbaikilah hubungan di antara kami, tunjukkanlah kami cara berdamai, selamatkanlah kami dari kegelapan menuju nur (cahaya), hindarkanlah kami dari perbuatan melecehkan baik yang lahir maupun yang bathin, berkahilah pada pendengaran kami, penglihatan kami, qolbu kami, pasangan[10] kami, dan anak cucu kami, terimalah taubat kami, karena Engkau Dzat yang Maha penerima taubat dan Maha Penyayang, jadikanlah kami pandai bersyukur terhadap ni’mat -Mu, menerimanya dengan baik dan sempurnakanlah (ni’mat-Mu) bagi kami. (H.R. Abu Daud 825)



وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤﴾ وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِـهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ ﴿١٣٥﴾
QS 3:133.  Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
QS 3:134.  (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
QS 3:135.  Dan (juga) orang-orang yang apabila melakukan perbuatan melecehkan atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.


يَا أَيُّـهَا النَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِي الأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿١٦٨﴾ إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُواْ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ ﴿١٦٩﴾
QS 2:168.  Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
QS 2:169.  Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan melecehkan, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.

قُلْ تَعَالَوْاْ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلَا تَقْتُلُواْ أَوْلَادَكُم مِّنْ إمْلَاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلَا تَقْرَبُواْ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْـهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا تَقْتُلُواْ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ ﴿١٥١﴾
QS 6:151.  Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan melecehkan, baik yang lahir di antaranya maupun yang bathin, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan sesuatu (alasan) yang haq". demikian itu yang diperintahkan kepadamu mudah-mudahan kalian menggunakan akalnya.

وَلَا تَقْرَبُواْ الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا ﴿٣٢﴾
QS 17:32.  Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan pelecehan dan suatu jalan yang buruk.

وَلَقَدْ هَـمَّتْ بِهِ وَهَـمَّ بِـهَا لَوْلَآ أَن رَّءَا بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ ﴿٢٤﴾
QS 12:24.  Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda  Tuhannya. Demikianlah, kami memalingkan darinya kejahatan dan pelecehan (seksual). Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba kami yang mukhlis (ikhlas).

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْـهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾
QS 16:90.  Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan pelecehan, mempersulit dan penganiayaan, Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْـهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْـمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُواْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَن تَقُولُواْ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ ﴿٣٣﴾
QS 7:33.  Katakanlah: "Rabbku mengharamkan perbuatan yang melecehkan, baik yang lahir maupun yang bathin, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui."

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُم بِـهَا مِنْ أَحَدٍ مِّن الْعَالَمِينَ ﴿٨٠﴾
QS 7:80.  Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan pelecehan (seksual) itu[551], yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"
[551]  perbuatan faahisyah di sini ialah: homoseksual sebagaimana diterangkan dalam ayat 81 berikut.

يَا أَيُّـهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّى مَن يَشَآءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿٢١﴾
QS 24:21.  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh untuk melecehkan dan mengingkari. Sekiranya tidaklah karena fadhilah (karunia) Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu suci selama-lamanya, tetapi Allah mensucikan siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

وَلِلَّهِ مَا فِى السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاؤُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى ﴿٣١﴾ الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْـمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنشَأَكُم مِّنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا أَنفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى ﴿٣٢﴾
QS 53:31.  Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik.
QS 53:32.  (yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan melecehkan yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu, maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci, Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.

اتْلُ مَآ أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْـهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ ﴿٤٥﴾
QS 29:45.  Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari pelecehan[11] dan peng-ingkaran dan sesungguhnya berdzikir kepada Allah adalah lebih besar  dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.


[1] فـاحش kata-kata keji, yang menyakitkan, menyinggung, melecehkan, merendahkan, menghina,
[2] سبب berlebih-lebihan dalam mencaci maki, mengabaikan, menelantarkan, meninggalkan
[3] مدح pujian, sanjungan, pengagungan
[4] عنف mencela dengan keras, memperlakukan dengan kejam, bengis,
[5] بذيء penghinaan, buruk, jorok, kasar, perlakuan sangat buruk, tidak enak, tidak ramah, tidak sopan
[6] طعن menyakiti hati, menjelek-jelekkan, menuduh, menyalahkan, menikam
[8] صفح berpaling dari, tidak menaruh perhatian, menolak,
[9] عوان Arti dari 'Awaanun' yaitu; mereka adalah tawanan kalian
[10] زوج pasangan, sepasang, pelengkap, setelan, sambungan,
[11] Shalat berisi pujian, pengagungan dan pengakuan Allah sebagai Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar