عَنْ
أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيهِ وَسَلَمَ قَالَ مَا يُصِيْبُ
الْمُسْلِـمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَـمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى
وَلَا غَـمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ
يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِـهَا
مِنْ خَطَايَاهُ.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a.,
dan Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw. berliau bersabda,”Jika seorang muslim
ditimpa musibah, keletihan[1],
penyakit[2],
kekhawatiran[3],
kesedihan[4],
kesulitan[5],
ketidak jelasan[6],
bahkan sampai sebuah duri yang menusuknya, maka Allah pasti akan menghapus[7]
dosa-dosanya dengan semua itu.” (H.R. Bukhari 5210)
Telah menceritakan kepada kami
Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari anak perempuannya, bahwa ia
pernah bertanya kepada Siti Aisyah r.a. mengenai firman-Nya:
مَن يَعْمَلْ سُوءاً يُجْزَ بِهِ
Barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan, maka akan diberi bagian dari kejahatan itu. [An-Nisa: 123]
Siti Aisyah r.a. menjawab bahwa tidak pernah ada seorang pun
yang bertanya kepadanya mengenai ayat ini semenjak ia menanyakannya kepada
Rasulullah Saw. Ia pernah menanyakan makna ayat tersebut kepada Rasulullah Saw.
Maka beliau Saw. menjawab:
يَاعَائِشَةُ
هَدِهِ مُنَايَعَةُ اللهِ لِلْعَبْدِ مِمَّا يُصِيْبُهُ
مِنَ الْحُمَّى وَالنَّكْبَةِ وَالشَّوْكَةِ حَتَّى الْبِضَاعَةِ فَيَضُعُهَا فِيْ
كُـمِّهِ، فَيَفْزَعُ لَهَا، فَيَجْدُهَا فِيْ جَيْبِهِ حَتَّى اِنَّ الْمُؤْمِنَ
لَيَخْرُجُ مِنْ ذُنُوْبِهِ، كَـمَا اَنَّ الذَّهَبَ يَخْرُجُ مِنْ الْكِيْرِ.
Wahai Aisyah, hal ini
merupakan janji Allah kepada hamba-(Nya)
menyangkut sebagian dari musibah yang
menimpa dirinya, seperti demam dan kesusahan, serta duri (yang menancap di kakinya), hingga
barang dagangan yang ia letakkan di dalam kantong bajunya, dan ketika ia
merabanya sangat terkejut karena tidak ada, dan ternyata ia menemukannya pada
kantong celananya. Sehingga seorang mukmin, benar-benar bersih dari
dosa-dosanya, sebagaimana emas yang baru disepuh bebas dari kotorannya. (H.R. Abu Daud)
Dari Abu Hurairah
r.a., bahwasanya Rasulullah Saw, bersabda,
مَنْ
يُـرِدِ اللهُ بِهِ خَيْـرًا يُصِبْ مِنْهُ.
“Barangsiapa yang dikehendaki
Allah kebaikan pada dirinya, maka Allah menimpakan[8]
(musibah) dari-Nya.” (H.R Bukhari dan Malik)
عَنْ
عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيهِ وَسَلَمَ قَالَ: مَنْ عَزَّى مُصَابًا
فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ. (رواه الترمذي)
Dari ‘Abdullah r.a., dari Nabi
Saw., “Barangsiapa menghibur orang yang tertimpa musibah agar bersabar (ta’ziyah),
maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang ditimpa musibah tersebut.” (H.R. Tirmidzi)
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ {مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُـجْزَ بِهِ} بَلَغَتْ
مِنْ الْمُسْلِمِينَ مَبْلَغًا شَدِيدًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَارِبُوا وَسَدِّدُوا فَفِـي كُلِّ مَا يُصَابُ
بِهِ الْمُسْلِمُ كَفَّارَةٌ حَتَّى النَّكْبَةِ يُنْكَبُهَا أَوْ الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
Dari Abu Hurairah dia berkata; "Ketika turun ayat Al
Qur'an yang berbunyi “Barang siapa berbuat kejelekan[9], niscaya
ia akan dibalas dengan itu” [Qs. An-Nisaa': 123], maka kaum muslimin pun merasa
prihatin. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tetaplah
mendekat, dan meluruskan tekad. Sesungguhnya setiap musibah
yang menimpa seorang muslim itu adalah sebagai kafarat (penutup), termasuk pula
jika ia tersandung batu ataupun tertusuk duri.' (H.R. Muslim 4671, Tirmidzi
2964)
عَنْ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَرَضِهِ وَهُوَ يُوعَكُ
وَعْكَا شَدِيدًا وَقُلْتُ إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكَا شَدِيدًا قُلْتُ إِنَّ ذَاكَ
بِأَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ قَالَ أَجَلْ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ
أَذًى إِلَّا حَاتَّ اللهُ عَنْهُ خَطَايَاُه كَـمَا تَـحَاتُّ وَرَقُ الشَّجَرِ.
Dari Abdullah r.a, saya pernah menjenguk Nabi Saw. ketika
sakit, sepertinya beliau sedang merasakan rasa sakit, kataku selanjutnya,
“Sepertinya anda sedang merasakan rasa sakit yang amat berat, oleh karena
itulah anda mendapatkan pahala dua kali lipat.” Beliau menjawab, “Ya, tidaklah
seorang muslim yang tertimpa musibah melainkan
Allah akan menggugurkan kesalahan-kesalahannya
sebagaimana pohon menggugurkan dedaunannya,”” (H.R. Bukhari 5215)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ لَمَّا
نَزَلَتْ }مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُـجْزَ بِهِ{ بَلَغَتْ مِنْ الْمُسْلِمِينَ مَبْلَغًا
شَدِيدًا فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَارِبُوا
وَسَدِّدُوا فَفِـي كُلِّ مَا يُصَابُ بِهِ
الْمُسْلِـمُ كَفَّارَةٌ حَتَّى النَّكْبَةِ يُنْكَبُـهَا أَوْ الشَّوْكَةِ
يُشَاكُهَا.
Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Ketika turun ayat : Barangsiapa
berbuat kejelekan[10]
niscaya akan dibalas dengan kejelekan [QS An-Nisaa’ [4]: 123], maka kaum
muslimin pun merasa kehilangan semangat[11], kemudian
Rasulullah Saw. bersabda, “Tetaplah mendekat (kepada Allah), dan tetaplah pada
jalan yang lurus. Sesungguhnya setiap musibah
yang menimpa seorang muslim itu adalah sebagai penghapus dosa, termasuk jika ia
tersandung batu atau tertusuk duri.”” (H.R. Muslim 4671)
Rasulullah Saw. bersabda:
عَنْ
أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الزَّهَادَةُ فِى الدُّنْيَا لَيْسَتْ بِتَحْرِيْـمِ الْحَلَالِ وَلَا
إِضَـاعَةِ الْمَالِ وَلَكِنَّ الزَّهَادَةَ فِى الدُّنْيَا أَنْ لَا تَكُوْنَ
بِمَا فِى يَدِكَ أَوْثَقَ مِمَّا فِى يَدِيْ اللهِ وَأَنْ تَكُوْنَ فِى ثَوَابِ الْمُصِيْبَةِ إِذَا أَنْتَ أُصِبْتَ بِـهَا أَرْغَبَ
فِيْـهَا لَوْ أَنَّـهَا أُبْقِيَتْ لَكَ.
Dari Abu Dzarr dari Nabi Saw. beliau bersabda, “Zuhud terhadap dunia itu
bukan berarti mengharamkan yang halal dan bukan juga menyia-nyiakan harta, akan
tetapi zuhud terhadap dunia adalah sikap lebih mempercayai apa yang di sisi
Allah daripada apa yang ada di tanganmu, dan sikap lebih suka terhadap pahala
yang diperoleh dari suatu musibah yang menimpa
dirinya, kalau saja hal itu(musibah)
terus berlanjut.” (H.R. Tirmidzi 2262)
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلًا تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ }مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُـجْزَ بِهِ{ قَالَ إِنَّا لَنُجْزَى بِكُلِّ عَـمَلِنَا
هَلَكْنَا إِذًا فَبَلَغَ ذَاكَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ نَعَمْ يُـجْزَى بِهِ الْمُؤْمِنُونَ فِي الدُّنْيَا فِي مُصِيبَةٍ فِي جَسَدِهِ فِيـمَا يُؤْذِيهِ.
Dari Aisyah, istri Nabi Saw. bahwasanya ada seorang lelaki
yang membaca ayat ini: ‘Barangsiapa yang ber-amal buruk[12] maka ia akan
mendapatkan balasan karenanya’, lelaki tersebut berkata: Sesungguhnya kita akan
dibalas dengan setiap amal kita, kalau begitu celakalah kita. Lalu hal tersebut
sampai kepada Rasulullah Saw., maka beliau bersabda, “Benar, orang-orang mu’min
amal buruknya akan dibalas di dunia dengan musibah
yang menimpa jasadnya dan membuat dirinya susah[13],” (H.R. Ahmad
23232)
حَدَّثَنِي أَبِي أَبُو بُرْدَةَ عَنْ
أَبِيهِ أَبِي مُوسَى أَنَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
لَا يُصِيبُ عَبْدًا نَكْبَةٌ فَمَا فَوْقَهَا
أَوْ دُونَـهَا إِلَّا بِذَنْبٍ وَمَا يَعْفُو اللهُ عَنْهُ أَكْثَـرُ
قَالَ وَقَرَأَ }وَمَا أَصَابَكُـمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ
أَيْدِيكُـمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ{
Telah menceritakan kepadaku ayahku, Abu Burdah dari
ayahnya, Abu Musa bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Tidaklah suatu musibah menimpa seorang hamba, baik yang besar atau
yang kecil melainkan karena dosa[14], dan yang
dimaafkan oleh Allah lebih banyak.” Ia berkata: Dan beliau membaca ayat, “Dan
apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan[15]
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besarnya.” [Asy Syuuraa:30]
(H.R. Tirmidzi 3175)
عَنْ أَبِي سُـخَيْلَةَ قَالَ قَالَ
عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَلَا أُخْبِرُكُـمْ بِأَفْضَلِ آيَةٍ فِي كِتَابِ
اللهِ تَعَالَى حَدَّثَنَا بِـهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَا أَصَابَكُـمْ }مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا
كَسَبَتْ أَيْدِيكُـمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ{ وَسَأُفَسِّرُهَا لَكَ يَا عَلِيُّ }مَا أَصَابَكُـمْ{ مِنْ مَرَضٍ أَوْ عُقُوبَةٍ أَوْ بِلَاءٍ
فِي الدُّنْيَا }فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُـمْ{ وَاللهُ تَعَالَى أَكْرَمُ
مِنْ أَنْ يُـثَـنِّيَ عَلَيْـهِمْ الْعُقُوبَةَ فِي الْآخِرَةِ وَمَا عَفَا اللهُ
تَعَالَى عَنْهُ فِي الدُّنْيَا فَاللهُ تَعَالَى أَحْلَـمُ مِنْ أَنْ يَعُودُ
بَعْدَ عَفْوِهِ.
Dari Abu Sukhailah dia berkata, Ali r.a. berkata: ‘Maukah
aku beritahukan kepada kalian tentang ayat yang paling afdhal dalam kitab Allah
Ta’ala, Rasulullah Saw. telah menceritakannya kepada kami ayat: ‘Apa-apa yang
menimpa kalian berupa musibah, maka itu disebabkan oleh perbuatan[16] tangan-tangan
kalian dan Allah memaafkan sebagian besarnya [QS Asy Syura:30], dan saya akan
menafsirkannya kepadamu wahai Ali, apa-apa yang menimpa kalian berupa sakit[17], hukuman atau
cobaan[18] di dunia, maka
itu disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan kalian, dan Allah Ta’ala Maha Mulia
dari hendak mengazab dua kali kepada mereka ketika di akhirat, sedangkan
apa-apa yang Allah maafkan di dunia, maka Allah Ta’ala Maha Penyantun dari
hendak kembali setelah dimaafkan-Nya.” (H.R. Ahmad 614)
عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ الْحُسَيْنِ
عَنْ أَبِيـهَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ
أُصِيبَ بِمُصِيبَةٍ فَذَكَرَ مُصِيبَتَهُ
فَأَحْدَثَ اسْتِـرْجَاعًا وَإِنْ تَقَادَمَ عَهْدُهَا كَتَبَ اللهُ لَهُ مِنْ
الْأَجْرِ مِثْلَهُ يَوْمَ أُصِيبَ.
Dari Fathimah binti Al Husain dari Bapaknya ia berkata,
Nabi Saw. bersabda, “Barangsiapa tertimpa musibah
kemudian teringat kejadian tersebut lalu mengucapkan istirja (ucapan Inna
Lillahi wa Inna Ilaihi Raaji’un), meskipun kejadiannya telah lama berlalu,
maka Allah tetap[19]
akan menulis pahalanya.” (H.R. Ibnu Majah 1589)
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَصَابَتْ أَحَدَكُـمْ
مُصِيبَةٌ فَلْيَقُلْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ
عِنْدَكَ أَحْتَسِبُ مُصِيبَتِي فَآجِرْنِي
فِيـهَا وَأَبْدِلْ لِي بِـهَا خَيْـرًا مِنْـهَا.
Dari Ummu Salamah, ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda,
“Apabila salah seorang diantara kalian tertimpa musibah maka hendaklah ia
mengucapkan INNALILLAHI WA INNAA ILAIHI RAAJI’UUN ALLAHUMMA ‘INDAKA AHTASIBU MUSHIIBATI FA-AAJIRNII FIIHA WA ABDIL LII BIHAA
KHAIRAN MINHAA ( Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami
akan kembali. Ya Allah dari sisi Engkaulah ujian, aku mengharap pahala pada musibahku dan berilah aku pahala padanya dan
gantikanlah untukku yang lebih baik darinya (H.R. Abu Daud 2712)
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ سَـمِعْتُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ
وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أَجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَاخْلُفْنِي خَيْرًا مِنْـهَا إِلَّا أَجَرَهُ
اللهُ فِي مُصِيبَتِهِ وَخَلَفَ لَهُ
خَيْرًا مِنْـهَا قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّيَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ مِنْ خَيْـرٌ
مِنْ أَبِي سَلَمَةَ صَاحِبِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قالت
ثُـمَّ عَزَمَ اللهُ عَزَّوَجَلَّ لِي فَقُلْتُـهَا اللَّهُمَّ أَجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَاخْلُفْ لِي خَيْـرًا مِنْـهَا قَالَتْ
فَتَزَوَّجْتُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Ummu Salamah, isteri Nabi Saw., ia berkata, saya
telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Tidaklah seorang hamba yang tertimpa
oleh musibah, lantas ia berdoa: INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAJI’UN ALLAHUMMA
AJURNI FII MUSHIBATI WAKHLUFNI KHAIRAN MINHA
(Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kepada-Nya lah kami kembali. Ya
Allah berilah pahala pada musibahku, dan
gantikanlah dengan yang lebih baik) kecuali Allah akan memberinya pahala pada
musibah yang menimpanya dan menggantikan untuknya dengan yang lebih baik
darinya.” Ia berkata, “Ketika Abu Salamah meninggal, saya berkata, ‘Siapakah
yang lebih baik dari Abu Salamah, seorang sahabat Rasulullah Saw.?’ ia berkata,
‘Allah Azza wa Jalla pun memberi keinginan kepadaku, sehingga aku pun membaca
ALLAHUMMA AJURNI FII MUSHIBATI WAKHLUF LII
KHAIRAN MINHA (Ya Allah, berilah aku pahala pada musibahku,
dan gantikanlah darinya dengan yang lebih baik).’ Ia berkata, ‘Akhirnya aku pun
menikah dengan Rasulullah Saw.’” (H.R. Ahmad 25417)
اَللَّهُمَّ
اَقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَـحُوْلُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيْكَ،
وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَا تُـهَوِّنُ
بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا، اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِاَسْـمَاعِنَا
وَاَبْصَرِنَا وَقُوَّتَنَ مَا اَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا،
وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا
عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلَا تَـجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَا، وَلَا تَـجْعَلِ
الدُّنْيَا اَكْبَرَ هَـمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلَا تُسَلِطْ
عَلَيْنَا مَنْ لَا يَـرْحَـمُنَا.
Ya Allah, bagikanlah kepada kami sebagian dari rasa takut kepada-Mu
yang dapat menghalangi kami dari berbuat maksiat kepada-Mu dan ketaatan
kepada-Mu yang dapat mengantarkan diri kami ke surga-Mu, dan keyakinan yang
dapat memudahkan kami dalam menghadapi musibah di dunia. Ya Allah, senangkanlah
kami dengan pendengaran dan penglihatan serta kekuatan kami selama hayat masih
di kandung badan dan jadikanlah hal itu sebagai yang mewarisi kami. Dan
jadikanlah pembalasan kami hanya terhadap orang yang telah berbuat aniaya
kepada kami dan tolonglah kami terhadap yang memusuhi kami, janganlah Engkau
jadikan musibah kami dalam agama kami. Dan
janganlah Engkau jadikan kehidupan dunia merupakan kepentingan kami yang paling
besar, jangan pula sebagai tujuan ilmu kami. Dan janganlah Engkau menguasakan
diri kami kepada orang yang tidak menyayangi kami. (HR. Tirmidzi 3424)
عَنْ
الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ
اللهُ عَنْـهَا زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُصِيبَةٍ
تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِـهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ
يُشَاكُهَا
Dari Az Zuhri dia berkata;
telah mengabarkan kepadaku 'Urwah bin Az Zubair bahwa Aisyah radliallahu 'anha
isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah suatu musibah
yang menimpa seorang muslim bahkan duri yang melukainya sekalipun melainkan
Allah akan menutupinya." (H.R. Bukhari 5209)
عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي سَالِمُ
بْنُ عَبْدِ اللهِ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللهُ عَنْـهُمْ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا مَرَّ بِالْحِجْرِ قَالَ لَا تَدْخُلُوا مَسَاكِنَ الَّذِينَ
ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ إِلَّا أَنْ تَكُونُوا بَاكِينَ أَنْ يُصِيبَكُمْ مَا أَصَابَـهُمْ ثُـمَّ تَقَنَّعَ بِرِدَائِهِ
وَهُوَ عَلَى الرَّحْلِ
Dari Az Zuhriy berkata telah mengabarkan kepadaku Salim
bin 'Abdullah dari bapaknya radliallahu 'anhum bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam ketika berjalan melewati al-Hijr, Beliau berkata: "Janganlah
kalian memasuki tempat tinggal orang-orang yang telah menzhalimi diri mereka
sendiri kecuali jika kalian menangis, karena dikhawatirkan kalian terkena musibah sebagaimana mereka mendapatkannya".
Kemudian Beliau menutup kepala dan wajah Beliau sedangkan Beliau berada di atas
tunggangan. (H.R. Bukhari 3129)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ حَتَّى الشَّوْكَةِ تُصِيبُهُ إِلَّا
كَتَبَ اللهُ لَهُ بِـهَا حَسَنَةً أَوْ حُطَّتْ عَنْهُ بِـهَا خَطِيئَةٌ
Dari 'Aisyah dia berkata; Aku mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada satupun musibah (cobaan)
yang menimpa seorang mukmin walaupun berupa duri, melainkan dengannya Allah
akan mencatat untuknya kebaikan atau menghapus kesalahannya." (H.R. Muslim
4669)
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَـجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ
خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ
فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ
صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Dari Shuhaib berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Salam bersabda: "perkara orang mu`min mengagumkan, sesungguhnya semua
perihalnya baik dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mu`min, bila
tertimpa kesenangan, ia bersyukur dan itu baik baginya dan bila tertimpa musibah yang menyusahkannya, ia bersabar dan itu baik
baginya." (H.R. Muslim 5318)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِ كَـمَثَلِ الزَّرْعِ لَا
تَزَالُ الرِّيَاحُ تُفَيِّئُهُ وَلَا يَزَالُ الْمُؤْمِنُ يُصِيبُهُ بَلَاءٌ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ مَثَلُ شَـجَرَةِ
الْأَرْزِ لَا تَـهْتَـزُّ حَتَّى تُسْتَحْصَدَ
Dari Abu
Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Perumpamaan orang mu`min seperti tanaman, angin senantiasa menerpanya (ke
kiri dan ke kanan) dan orang mu`min itu akan senantiasa tertimpa musibah, sedangkan perumpamaan orang munafik seperti
pohon padi, tidaklah ia bergerak hingga di ketam." (H.R. Tirmidzi 2792,
menurutnya hadits ini hasan shahih).
عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ مُخَارِقٍ قَالَ تَـحَمَّلْتُ
حَـمَالَةً فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْأَلُهُ فِيـهَا
فَقَالَ أَقِمْ يَا قَبِيصَةُ حَتَّى تَأْتِيَنَا الصَّدَقَةُ فَنَأْمُرَ لَكَ قَالَ
ثُـمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا قَبِيصَةُ إِنَّ الصَّدَقَةَ
لَا تَـحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ رَجُلٍ تَـحَمَّلَ حَـمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ
الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ
أَوْ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ فَاجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ
لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَـهَا ثُـمَّ يُمْسِكَ وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ
حَتَّى يَشْهَدَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ قَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا
فَاقَةٌ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ أَوْ سِدَادًا
مِنْ عَيْشٍ فَمَا سِوَى هَذَا مِنْ الْمَسْأَلَةِ يَا قَبِيصَةُ سُـحْتٌ يَأْكُلُهَا
صَاحِبُـهَا سُـحْتًا
Dari Qabishah
bin Mukhariq dia berkata; Aku mempunyai beban tanggungan (hutang, atau diat),
maka aku mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk minta
penyelesaiannya. Beliau berkata: "Berdirilah wahai Qabisah hingga datang
kepada kami sedekah, maka kami memerintahkan untuk memberikan kepadamu darinya.
Qabisah berkata; lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Wahai Qabisah sesungguhnya sedekah itu tidak halal kecuali bagi salah
seorang dari tiga golongan; yaitu seorang laki-laki yang menahan tanggungan (di
luar kemampuannya), maka halal baginya meminta-minta sehingga dia
mendapatkannya yang dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, seorang laki-laki yang
tertimpa musibah besar hingga habis hartanya,
maka halal baginya meminta-minta, sampai dia mendapatkannya lalu ia berhenti
dari meminta-minta. Dan seorang laki-laki yang terkena musibah kefaqiran hingga
tiga orang dari kaumnya bersaksi seraya berkata: kefaqiran telah menimpa Fulan,
maka halal baginya meminta-minta, sehingga ia mampu menegakkan kehidupannya
kembali kemudian ia menahan diri dari meminta-minta. wahai Qabishah selain dari
tiga golongan itu maka meminta-minta adalah haram. Keharaman yang menyebabkan
pelakunya memakan dari barang yang haram." (H.R. Nasa’i 2533)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَتَحَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَابًا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ أَوْ كَشَفَ
سِتْرًا فَإِذَا النَّاسُ يُصَلُّونَ وَرَاءَ أَبِي بَكْرٍ فَحَمِدَ اللهَ عَلَى مَا
رَأَى مِنْ حُسْنِ حَالِهِمْ رَجَاءَ أَنْ يَـخْلُفَهُ اللهُ فِيـهِمْ بِالَّذِي رَآهُـمْ
فَقَالَ يَا أَيُّـهَا النَّاسُ أَيُّمَا أَحَدٍ مِنْ النَّاسِ أَوْ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ
أُصِيبَ بِمُصِيبَةٍ فَلْيَتَعَزَّ بِمُصِيبَتِهِ بِي عَنْ الْمُصِيبَةِ الَّتِي تُصِيبُهُ
بِغَيْرِي فَإِنَّ أَحَدًا مِنْ أُمَّتِي لَنْ يُصَابَ بِمُصِيبَةٍ بَعْدِي أَشَدَّ
عَلَيْهِ مِنْ مُصِيبَتِي
Dari 'Aisyah ia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membuka pintu antara beliau
dengan orang-orang, atau menyingkap tirai. Ketika itu orang-orang sedang
melaksanakan shalat di belakang Abu Bakar. Beliau lalu memuji Allah atas
kondisi mereka yang baik, dengan harapan agar Allah memberikan ganti atas
dirinya untuk mereka seorang yang dilihatnya bersama mereka (maksudnya Abu
Bakar). Beliau bersabda: "Wahai manusia, siapa saja orangnya dari kaum
mukmin yang ditimpa musibah, hendaklah ia hibur dengan musibah yang menimpaku.
Seorang dari umatku tidak akan pernah ditimpa musibah seperti musibah yang
menimpaku. " (H.R. Ibnu Majah 1588)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ:قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَمَ: الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْـرٌ وَأَحَبُّ
إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلِّ خَيْـرٌ، احْرِصْ عَلَى مَا
يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ، فَإِنْ أَصَابَكَ
شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ
اللهُ، وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ – لَوْ – تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ.
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah Saw.
bersabda,”Orang beriman yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah
daripada orang beriman yang lemah. Masing-masing ada kebaikannya. Antusiaslah[20]
terhadap sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah,
serta janganlah bersikap lemah. Jika kamu tertimpa suatu musibah, maka janganlah berkata ‘Seandainya saja aku
berbuat begini dan begini’. Akan tetapi katakanlah, ’Allah sudah mentakdirkan,
apa saja yang Dia kehendaki pasti terjadi’. Ketahuilah bahwa kata ‘seandainya’
akan membuka jalan bagi syetan untuk menggoda.” (HR. Ibnu Majah 76)[21]
عَنْ عُمَرَ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ سَعْدٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ عَـجِبْتُ لِلْمُسْلِمِ
إِذَا أَصَابَهُ خَيْرٌ حَـمِدَ اللهَ وَشَكَرَ وَإِذَا أَصَابَتْهُ مُصِيبَةٌ احْتَسَبَ وَصَبَرَ الْمُسْلِمُ يُؤْجَرُ فِي كُلِّ
شَيْءٍ حَتَّى فِي اللُّقْمَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى فِيهِ
Dari Umar bin
Sa'd dari bapaknya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Aku kagum terhadap seorang muslim jika dia mendapatkan kebaikan dia
memuji Rabbnya dan bersyukur, jika mendapatkan musibah
dia mengharap pahala dari Rabbnya dan bersabar. Orang muslim akan diberi pahala
pada setiap sesuatu sampai suapan makanan yang dia suapkan ke mulutnya."
(H.R. Ahmad 1449)
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللُه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ
الْمُسْلِمِينَ يُصَابُ بِبَلَاءٍ فِي جَسَدِهِ
إِلَّا أَمَرَ اللهُ تَعَلَى الْحَفَظَةَ الَّذِينَ يَـحْفَظُونَهُ قَالَ
اكْتُبُوا لِعَبْدِي فِي كُلِّ يَومٍ وَلَيْلَةٍ مِثْلَ مَا كَانَ يَعْمَلُ مِنْ
الْخَيْرِ مَا دَامَ مَحْبُوسًا فِي وَثَاقِي.
Dari Abdulllah bin ‘Amru ia berkata, Nabi Saw. bersabda,
“Tidaklah salah seorang dari kaum muslimin yang terkena musibah pada tubuhnya kecuali Allah Ta’ala akan menyuruh kepada
malaikat yang selalu menjaganya, Allah berfirman, ‘Tulislah untuk hamba-Ku di
setiap siang dan malam dengan amal kebaikan sebagaimana amal kebaikkan yang
biasa ia lakukan, yaitu selama ia terpenjara oleh apa[22] yang Aku
berikan (H.R. Ahmad 6574)
عَنْ أَنَسٍ قَالَ دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ يَعُودُهُ وَهُوَ يَشْكُو عَيْنَيْهِ
قَالَ كَيْفَ أَنْتَ لَوْ كَانَتْ عَيْنُكَ لِمَا بِـهَا قَالَ إِذًا أَصْبِرُ وَأَحْتَسِبُ
قَالَ لَوْ كَانَتْ عَيْنُكَ لِمَا بِـهَا لَلَقِيتَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى غَيْرِ
ذَنْبٍ
Dari Anas
berkata, Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam menemui Zaid bin Arqam, menjenguknya
karena sakit kedua matanya. (Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam) bertanya,
"Bagaimana kabarmu, bagaimana dengan sesuatu yang menimpa matamu?",
(Zaid bin Arqam) berkata, "Terhadap musibah itu, aku bersabar dan
menerima" (Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam) bersabda, "Kalau
matamu terkena sakit, maka kamu menjumpai Allah 'Azza wa Jalla dengan tanpa
dosa". (H.R. Ahmad 12175)
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ مَنْ أَصَابَتْهُ مُصِيبَةٌ فَقَالَ كَـمَا أَمَرَ اللهُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي
وَأَعْقِبْنِي خَيْرًا مِنْـهَا إِلَّا
فَعَلَ اللَّهُ ذَلِكَ بِهِ قَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ فَلَمَّا تُوُفِّيَ أَبُو سَلَمَةَ
قُلْتُ ذَلِكَ ثُـمَّ قُلْتُ وَمَنْ خَيْرٌ مِنْ أَبِي سَلَمَةَ فَأَعْقَبَـهَا اللهُ
رَسُولَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَزَوَّجَـهَا
Dari Ummu
Salamah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa tertimpa musibah lalu dia membaca
sesuai yang diperintahkan Allah: 'INNAA LILLAHI WA INNAA ILAIHI RAAJI'UUN
ALLAHUMMA`JURNII FI MUSHIIBATII WA A'QIBNII
KHAIRAN MINHAA', (Sesungguhnya kita semua adalah milik Allah, dan akan kembali
kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala atas musibah
yang menimpaku dan gantilah dengan yang lebih baik darinya), ' kecuali Allah
benar-benar akan melakukannya." Ummu Salamah berkata, "Tatkala Abu
Salamah meninggal dunia, aku pun mengucapkan doa tersebut. Lalu aku berkata
pada diriku sendiri; 'Siapa yang lebih baik dari Abu Salamah.' Tetapi kemudian
Allah menggantikannya dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian menikahinya." (H.R. Malik
498)
عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي زُهَيْرٍ
الثَّقَفِـيِّ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ }لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُـمْ وَلَا َأَمِانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ
مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُـجْزَ بِهِ{ قَالَ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ يَا رَسُولَ
اللهِ إِنَّا لَنُجَازَى بِكُلِّ سُوءٍ نَعْمَلُهُ فَقَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَمَ يَـرْحَـمُكَ اللهُ يَا أَبَا بَكْرٍ
أَلَسْتَ تَنْصَبُ أَلَسْتَ تَـحْزَنُ أَلَسْتَ تُصِيبُكَ
اللَّأْوَاءُ فَهَذَا مَا تُـجْزَوْنَ بِهِ.
Dari Abu Bakar Bin Abu Zuhair Ats Tsaqafi dia berkata,
ketika turun ayat, “Bukanlah angan-anganmu dan bukan angan-angan ahli kitab.
Barangsiapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatannya
itu” [QS An Nisaa:123], dia berkata, Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah,
akankah kita dibalas atas setiap kejahatan yang kita lakukan?” Maka Rasulullah
Saw. menjawab, “Semoga Allah merahmatimu wahai Abu Bakar, bukankah kamu
mengalami sakit[23],
sedih, ditimpa musibah? Maka itulah balasan
kalian.” (H.R. Ahmad 67)
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْقَاسِمِ
بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ لِيُعَزِّ الْمُسْلِمِينَ فِي مَصَائِبِـهِمْ الْمُصِيبَةُ بِي
Dari Abdurrahman
bin Al Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Semoga orang-orang muslim menjadi kuat dengan musibah
yang menimpa mereka sebagaimana musibah yang menimpaku." (H.R. Malik 497)
سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللُه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُـرِدْ اللهُ بِهِ
خَيْـرًا يُصِبْ مِنْهُ.
Aku mendengar Abu Hurairah berkata, “Rasulullah Saw.
bersabda, “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, maka Dia akan memberinya musibah.” (Muwatha’ Malik 1477)
عَنْ عَطَاءٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَصَابَ أَحَدَكُـمْ مُصِيبَةٌ فَلْيَذْكُرْ مُصَابَهُ
بِي فَإِنَّـهَا مِنْ أَعْظَمِ الْمَصَائِبِ
Dari 'Atha` ia
berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Jika suatu musibah menimpa seseorang dari kalian maka
bayangkanlah musibahku, maka hal itu adalah termasuk
musibah yang terbesar". (H.R. Darimi 85)
عَنْ
قَبِيصَةَ بْنِ مُخَارِقٍ الْهِلَالِيِّ قَالَ تَحَمَّلْتُ حَمَالَةً فَأَتَيْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ فَقَالَ: أَقِمْ يَا قَبِيصَةُ حَتَّى تَأْتِيَنَا
الصَّدَقَةُ فَنَأْمُرَ لَكَ
بِـهَا، ثُـمَّ قَالَ: يَا قَبِيصَةُ إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا
لأَحَدِ ثَلَاثَةٍ، رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ
فَسَأَلَ حَتَّى يُصِيبَـهَا، ثُـمَّ يُمْسِكُ، وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ
فَاجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ الْمَسْأَلَةُ فَسَأَلَ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا
مِنْ عَيْشٍ أَوْ قَالَ: سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ
حَتَّى يَقُولَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَى مِنْ قَوْمِهِ قَدْ أَصَابَتْ
فُلَانًا الْفَاقَةُ فَحَلَّتْ الْمَسْأَلَهُ فَسَأَلَ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا
مِنْ عَيْشٍ أَوْ سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ ثُـمَّ يُمْسِكُ وَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ
الْمَسْأَلَةِ يَا قَبِيصَةُ سُحْتٌ، يَأْكُلُهَا صَاحِبُـهَا
سُحْتًا.
Dari Qabishah bin Mukhariq Al Halali, dia berkata, “Aku telah
menanggung beban, “Maka aku mendatangi Nabi Saw. beliau bersabda, “Tunggu dulu
wahai Qabishah! Sampai datang kepada kami shadaqah, lalu kami mememerintahkan
untuk membagi kepadamu shadaqah itu.” Kemudian beliau melanjutkan sabdanya,
“Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak dihahalkan kecuali bagi
salah satu dari tiga orang: yaitu orang yang sedang menanggung beban, maka
dihalalkan baginya meminta-minta, maka ia boleh meminta hingga ia
mendapatkannya, kemudian ia berhenti (tidak meminta-minta lagi), dan orang yang
tertimpa musibah besar hingga menghancurkan
hartanya, maka dihalalkan baginya meminta-minta, maka ia boleh meminta-minta
hingga ia mendapatkan sesuatu untuk dapat menjalani hidupnya – atau yang
menutupi kebutuhan hidupnya, dan orang yang tertimpa kefakiran,” beliau melanjutkan
kembali sabdanya, “Tiga golongan dari orang-orang yang membutuhkan dari
kaumnya: Si fulan telah tertimpa kefakiran, maka dihalalkan baginya
meminta-minta, maka ia boleh meminta-minta hingga ia dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya – atau menutupi kebutuhan hidupnya – kemudian ia berhenti
(meminta-minta), dan selain tiga hal itu wahai Qabishah adalah haram, yang
dimakan oleh yang mengerjakannya juga haram.”[24]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا يُعْدِي شَيْءٌ شَيْئًا لَا يُعْدِي شَيْءٌ شَيْئًا ثَلَاثًا قَالَ فَقَامَ
أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ النُّقْبَةَ تَكُونُ بِمِشْفَرِ
الْبَعِيرِ أَوْ بِعَجْبِهِ فَتَشْمَلُ الْإِبِلَ جَرَبًا قَالَ فَسَكَتَ سَاعَةً
فَقَالَ مَا أَعْدَى الْأَوَّلَ لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ خَلَقَ
اللَّهُ كُلَّ نَفْسٍ فَكَتَبَ حَيَاتَهَا وَمَوْتَهَا وَمُصِيبَاتِهَا
وَرِزْقَهَا
Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
Bersabda: "Sesuatu tidak akan menulari sesuatu yang lain, sesuatu tidak
akan menulari sesuatu yang lain, " beliau ucapkan hal itu tiga kali,
" Abu Hurairah berkata; "Seorang arab badui berdiri dan berkata;
"Wahai Rasulullah, penyakitnya itu bermula dari bibir unta atau ekornya,
lalu menjalar kesemua badan unta." Abu Hurairah berkata; Beliau diam
sesaat lalu Bersabda: "Yang pertama tidak menulari, tidak ada ‘adwa
(penyakit yang menular), tidak ada shafar (anggapan bahwa bulan shafar termasuk bulan-bulan
haram) dan tidak ada hammah (keyakinan bahwa tulang bisa menjadi burung
yang hidup), Allahlah yang menciptakan setiap nafsu (jiwa), lalu Dia menetapkan
hidup dan matinya, musibah dan rizkinya."
(H.R. Ahmad 7993)
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ فَأَنْزَلَهَا بِالنَّاسِ لَمْ تُسَدَّ
فَاقَتُهُ وَمَنْ أَنْزَلَهَا بِاللَّهِ أَوْشَكَ اللَّهُ لَهُ بِالْغِنَى إِمَّا بِمَوْتٍ
عَاجِلٍ أَوْ غِنًى عَاجِلٍ
Dari Ibnu Mas'ud, ia berkata; Rasulullah shallAllahu
wa'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang tertimpa musibah lalu mengadukannya kepada manusia, maka musibahnya
tidak akan hilang, dan barangsiapa yang mengadukannya kepada Allah, maka Allah
akan mencukupi baginya, baik dengan kematian yang disegerakan atau dengan kecukupan
yang disegerakan. (H.R. Abu Daud 1402, Ahmad 3675)
عَنْ أُمَيَّةَ أَنَّهَا سَأَلَتْ
عَائِشَةَ عَنْ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى {إِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ
أَوْ تُـخْفُوهُ يُـحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ} وَعَنْ قَوْلِهِ {مَنْ
يَعْمَلْ سُوءًا يُـجْزَ بِهِ} فَقَالَتْ مَا سَأَلَنِي عَنْـهَا أَحَدٌ
مُنْذُ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ
هَذِهِ مُعَاتَبَةُ اللَّهِ الْعَبْدَ فِيـمَا يُصِيبُهُ
مِنْ الْحُمَّى وَالنَّكْبَةِ حَتَّى الْبِضَاعَةُ يَضَعُهَا فِي كُمِّ قَمِيصِهِ
فَيَفْقِدُهَا فَيَفْزَعُ لَهَا حَتَّى إِنَّ الْعَبْدَ لَيَخْرُجُ مِنْ ذُنُوبِهِ
كَـمَا يَخْرُجُ التِّبْرُ الْأَحْمَرُ مِنْ الْكِيرِ
Dari 'Umaiyah ia bertanya kepada 'Aisyah tentang firman
Allah Ta'ala: Jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang
perbuatanmu itu. [QS Al-Baqarah:284], dan firmanNya: Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.
[QS An-Nisaa`: 123]. 'Aisyah menjawab: "Tidak ada seorang pun yang
menanyakannya padaku semenjak aku bertanya pada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda: "Ini adalah teguran Allah kepada seorang hamba
atas demam dan musibah yang menimpanya, hingga
barang (sebagian harta) yang diletakkan dipangkal lengan bajunya lalu hilang,
hingga ia sangat sedih karenanya, sampai seorang hamba benar-benar keluar dari
dosa-dosanya seperti biji logam merah keluar dari ubupan." (H.R. Tirmidzi
2917 menurutnya hadits ini hasan shahih gharib)
وَأَنِ احْكُم بَيْنَـهُم بِمَا أَنزَلَ
اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُـمْ وَاحْذَرْهُـمْ أَن يَفْتِنُوكَ عَن بَعْضِ
مَآ أَنزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِن تَوَلَّوْاْ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ
أَن يُصِيبَـهُم بِبَعْضِ ذُنُوبِـهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا
مِّنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ ﴿٤٩﴾
QS 5:49. Dan hendaklah kamu menghukumi perkara di
antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu jika
mereka berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan
menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan
dosa-dosa mereka dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang
fasik.
وَإِذَا أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً فَرِحُوا
بِـهَا وَإِن تُصِبْـهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ
أَيْدِيـهِمْ إِذَا هُـمْ يَقْنَطُونَ ﴿٣٦﴾
QS 30:36. Dan apabila kami rasakan sesuatu rahmat
kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. dan apabila mereka
ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh
tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa.
[1]
نَصَبٍ penyakit yang berat, pemberian kedudukan-jabatan,
sesuatu yang meletihkan-menyakitkan, berperang
[8]
يُصِبْ menuangkan-mencurahkan
air, turun dengan keras, menurunkan bencana dari atas, mengikat, membelenggu,
[9]
سوءا
kerusakan, kejahatan, kesalahan tindakan, keburukan akhlak, suatu yang
menyakitkan atau merugikan,
[10]
سُوءًا kejahatan, kerusakan, segala sesuatu
yang menyakitkan-merugikan-melemahkan, salah urus (mis-manajemen) ,
menyalahgunakan sesuatu, salah bertindak, menyebabkan kesialan-kemalangan,
buruknya kelakuan-perilaku, kelemahan pada mata
[11]
بَلَغَتْ menganggap
gawat-kritis, amat berpengaruh terhadap diri mereka,
menyampaikan-melaporkan-mengadukan,
[12]
سُوءًا kejahatan, kerusakan, segala sesuatu
yang menyakitkan-merugikan-melemahkan, salah urus (mis-manajemen) ,
menyalahgunakan sesuatu, salah bertindak, menyebabkan kesialan-kemalangan,
buruknya kelakuan-perilaku, kelemahan pada mata
[21] Hasan-Shahih: Azh-Zhilal (356). Muslim)
[24]
Shahih Muslim, Abu Daud 1640
Tidak ada komentar:
Posting Komentar